Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Narasi Sekolah Dasar (di) Asmat

24 Desember 2018   06:17 Diperbarui: 24 Desember 2018   07:20 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kepala sekolah tinggal di Agats. Dia urus politik saja. Dia jarang sekali datang ke kampung. Dia punya anak tinggal dengan kami di kampung," tutur Arita Meak menirukan ucapan warga kampung Buetkwar. 

Kondisi serupa terjadi di Fakan, Yuni dan Beco. Proses belajar mengajar tidak efektif karena kepala sekolah dan guru-guru memilih tinggal di Agats. Pengelolaan dana BOS tidak terbuka. Semua diurus oleh kepala sekolah. Dampaknya, sekolah mati suri.

Guru tidak aktif di kampung-kampung terpencil merupakan dampak dari minimnya fasilitas penunjang di kampung-kampung tersebut. Pemerintah mengirim guru ke kampung tanpa menyediakan fasilitas rumah guru yang memadai.

"Saya dilantik menjadi kepala SD YPPK St. Antonius Yepem. Saya datang ke Yepem tetapi tidak ada rumah guru. Saya tinggal di pastoran. Saya malu juga karena Pastoran itu rumah untuk Pastor bukan untuk guru, tetapi saya harus tinggal di pastoran karena tidak ada rumah guru," tutur Kepala SD YPPK St. Antonius de Padua Yepem, Maria Goreti Yonathan.

Romanus Meak, salah satu guru senior di Asmat menuturkan bahwa masa depan suatu daerah sangat ditentukan oleh pendidikan dasar, terutama pendidikan SD. "Kita bicara pendidikan harus bagus, maka pemerintah harus perhatikan kesejahteraan guru. Kalau guru punya kesejahteraan hidup bagus, pasti mereka tinggal di kampung dan mengajar dengan baik. Tetapi, kalau guru tidak sejahtera, maka mereka tidak akan betah tinggal di kampung dan mengajar anak-anak," tegas pria yang mendapat penghargaan dari Presiden Jokowi terkait inovasi pertanian di Yufri ini.

 


2. Kebijakan Pendidikan Dasar Konteks Asmat

Membaca peta permasalahan pendidikan dasar, terutama Sekolah Dasar (SD) di Asmat tampak sederhana, tetapi sulit terurai. Sudah enam belas tahun, Asmat menjadi kabupaten sendiri, terlepas dari kabupaten Merauke. Namun, sampai saat ini, tidak ada Peraturan Daerah yang secara spesifik mengatur tentang pendidikan konteks Asmat.

Kebijakan pendidikan di Asmat masih bersifat situasional dan parsial, tidak bersifat holistik dan berkelanjutan sehingga tidak menyelesaikan akar permasalahan pendidikan di Asmat. Kondisi inilah yang mendorong Kepala Dinas Pendidikan, Donatus Tamot getol menyuarakan pentingnya "grand desain" pendidikan Asmat, tetapi sampai saat ini belum terwujud.

Bupati Asmat, Elisa Kambu memiliki program unggulan di bidang pendidikan yaitu Pemberian Makan Anak Sekolah (PMAS). Program ini menyedot anggaran puluhan miliar. Dampaknya, anak-anak rajin datang ke sekolah karena ada makanan di sekolah.

"Anak-anak sekarang rajin datang ke sekolah karena di sekolah ada makanan. Kalau tidak ada makanan, mereka tidak mau datang ke sekolah," tutur Manfred Rumlus, Kepala SD Persiapan Negeri Mbait. Sekolah-sekolah lain yang menerima program PMAS mengalami kondisi serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun