Asmat memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah. Di atas hamparan lumpur dan hutan bakau, hidup manusia Asmat yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang unik.
Lazimnya, ras melanesia, orang Asmat menganut budaya patrilineal. Laki-laki memiliki wewenang dalam urusan adat dan budaya. Harta benda dan kekuasaan diwariskan kepada laki-laki.
Bahkan dalam tradisi Asmat, perempuan tidak sembarangan masuk ke dalam rumah adat (Jew).
Sejak tahun 2002, Asmat menjadi kabupaten definitif. Asmat yang sebelumnya terisolir secara perlahan mulai mengalami kemajuan, terutama di bidang transportasi dan komunikasi.
Saat ini, orang bisa dengan mudah ke Asmat menggunakan kapal Pelni dan pesawat terbang. Meskipun demikian, orang Asmat masih sama. Mereka hidup di gubuk-gubuk sederhana. Anak-anak Asmat tidak memperoleh pendidikan berkualitas.
Demikian halnya, orang Asmat tidak memperoleh layanan kesehatan berkualitas. Kelompok paling rentan adalah perempuan Asmat. Para perempuan Asmat mengerjakan berbagai hal, baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
Di tengah berbagai pergumulan itu, di antara 224 kampung di Kabupaten Asmat, ada seorang kepala kampung adalah perempuan. Dia berasal dari Kampung Simini, Distrik Akat. Dorce Tojim. Itulah nama Kepala Kampung Simini. Dorce tercatat sebagai perempuan Asmat pertama yang menduduki posisi kepala kampung di Kabupaten Asmat.
Mama Dorce, menjabat kepala Kampung Simini melalui keputusan rapat kampung, lantaran suaminya yang merupakan kepala kampung definitif kala itu meninggal dunia. "Waktu suami saya meninggal, tua adat rapat dan memutuskan saya menggantikan suami. Saya tidak mau karena saya tidak sekolah, tetapi masyarakat tetap minta supaya saya yang jadi kepala kampung sehingga saya terima," tuturnya terharu.
Pada tanggal 14-23 Mei 2018, Dorce mengikuti pelatihan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang digelar oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat dan LANDASAN Papua di Ayam, Distrik Akat. Ia hadir bersama Kepala SD Inpres Manepsimini, Pasifika Nakun dan guru operator, Surnia Sidabutar.
Meskipun tidak banyak bicara, ia memiliki komitmen akan membangun Kampung Simini menjadi kampung yang bersih, anak-anak bisa bersekolah, masyarakat hidup sehat dan sejahtera. Â
"Saya punya mimpi ke depan Kampung Simini menjadi kampung yang bersih, halaman rumah harus bersih. Masyarakat tidak boleh buang sampah di sembarang tempat. Termasuk lingkungan Sekolah Dasar juga harus bersih."