Akan tetapi, meskipun Ki Gapes secara langsung tidak dapat disalahkan atas keterlibatannya dalam menyebarkan wabah penyakit gatal yang terjadi di desa Lorina. Warga secara tidak langsung memberinya hukuman sosial dengan cara tidak lagi membeli dagangan bakso Ki Gapes, kecuali hanya sedikit saja warga yang terpaksa membeli karena tidak bisa menahan keinginannya untuk memakan bakso. Alhasil, selama seminggu terakhir ini dagangan bakso Ki Gapes mengalami penurunan yang sangat signifikan, bahkan setiap harinya dia hanya bisa menjual tidak lebih dari 10 porsi bakso. Ki Gapes juga sering mendengar secara tidak langsung banyak warga yang mencemooh dan menggunjingkannya, atau pun melontarkan sindiran padanya.
*
Senja hari ini, seperti biasa alunan merdu suara gemuruh ombak yang disorot oleh cahaya mentari terbenam, untuk beberapa saat terganggu oleh suara rolling door yang di tarik oleh Ki Gapes untuk menutup kios baksonya. Gerak tubuhnya begitu lunglai, dengan raut wajahnya yang kusam. Sebentar saja dia mengalihkan pandangannya yang lesu ke bahan-bahan yang digunakan untuk membuat se-porsi bakso, masih sama seperti pagi tadi saat dia memulai dagangannya hari ini. Hanya 3 porsi bakso yang dia jual sepanjang hari ini.
Dengan gerak tubuhnya yang lemah, Ki Gapes duduk di hadapan istrinya yang sedang memandang suaminya dengan iba. Begitu pun anaknya yang sedang duduk di samping bundanya, melihat ayahnya juga dengan iba.
"Semangat, Yah! Mungkin besok jualan kita akan lebih baik", ucap Asep kepada Ki Gapes memberi semangat.
Ki Gapes tidak menanggapi perkataan anaknya, dia kembali mengarahkan pandangannya pada dagangannya dengan tatapan yang hampa. Untuk beberapa saat suasana seperti itu, hingga sorot mata Ki Gapes perlahan menjadi tajam, raut wajahnya menjadi bengis.
"Kalian pikir saya akan diam saja dengan perlakuan kalian seperti ini kepada saya", ucap Ki Gapes dengan pandangannya masih tertuju ke arah dagangannya.
Istri dan anaknya kaget setelah mendengar ucapan Ki Gapes barusan.
"Maksud Ayah?" tanya istrinya hati-hati.
Perlahan pandangan Ki Gapes diarahkan kepada istri dan anaknya.
"Liat saja Bunda, Ayah bakalan membuat perhitungan dengan warga di desa ini... Mereka tidak tahu seperti apa ambisi seorang Ki Gapes, apapun pasti akan dilakukan oleh Ki Gapes untuk mengejar ambisinya itu. Mereka pikir hanya dengan mencemooh, menyindir, dan menggunjingkan Ki Gapes, bisa mengalahkan Ki Gapes?... Tidak bunda tidak... Dengan uang yang dimiliki oleh Ki Gapes, warga di desa ini tidak akan bisa menyangka apa yang akan Ki Gapes lakukan untuk membalas perlakuan mereka kepada Ki Gapes saat ini... Tunggu saja! Hingga waktunya tiba mereka akan begitu sangat terkejut, semakin terkejut, hingga mereka akan mengalami penderitaan yang tidak terduga sama sekali oleh mereka sebelumnya... Sampai mereka menyadari dan menyesal pernah mencemooh, menyindir, dan menggunjingkan Ki Gapes", ucap Ki Gapes penuh kemarahan dengan nadanya yang agak sedikit di tahan.