"Tas kulit ini melindungi kepalamu. Barang berjatuhan dan mungkin saja bisa melukai. Tapi, tetap terus melangkah dengan tas kulitmu itu,"
Ujar seorang lelaki yang menyadarkanmu. Kakimu kala itu terantuk batu. Membuat dirimu tidak sadarkan diri. Lalu, malam bergantian datang. Menukar banyak impian dengan harapan.
***
Beragam kejadian terus membentukmu. Kamu juga menikah. Tapi, tidak sepenuhnya bahagia. Bisa saja, setiap pertemuan memunculkan penjelasan.
"Tidak usah menikah. Untuk apa, setiap langkah hidup kita akan dilakukan secara sendiri. Bukan bersama orang lain. Di kuburan nanti juga sendiri," ujarmu kala putus asa. Tapi, katamu sendiri Tuhan itu baik. Kamu diberi istri yang baik dan anak-anak yang tumbuh dengan cerdas.
"Kalau tidak menikah, bagaimana menjalani semua ini. Hidup menjadi kian penuh dengan masalah,"
Perkataan sahabatmu itu terkenang. Melalui banyak peristiwa kepulangan. Sebuah pertemuan membuat kawan lama bertanya kembali. Bukan tentang menikah, tapi tentang tas kulit yang kamu kenakan.
"Tidak usah menikah cepat. Mereka yang sendiri saja bahagia. Mereka yang menikah malah dipastikan mau menikah lagi kalau bisa, sekali kurang cukup!"
Kelakar dan gelak tawa terdengar. Itu momen di mana tas kulitmu menjadi hilang. Tak sadar, ketika asyik berbicara. Ada seorang lelaki mendekat. Dengan cepat, lelaki berambut kribo itu mengambil tasmu. Lalu, berjalan perlahan melewati kerumuhan. Baru setelah ada ponsel tersenggol. Ada yang merasa kalau kehilangan.
"Ada copet!"
Teriakmu hingga menghentikan tawa beberapa orang. Tas kulit yang kamu kenakan kini tidak ada. Hilang bersama copet kribo yang berhasil melewati kerumunan.