Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Membawa Ember

30 Maret 2023   09:30 Diperbarui: 30 Maret 2023   09:30 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membawa Ember

Cerpen Yudha Adi Putra

"Besok, ya Nak. Sekarang, Bapak sedang tidak punya uang," kata Pak Tarmo sambil mengusap air mata anaknya. Pagi itu, Haryo meminta dibelikan burung. Bukan hanya burung, sudah banyak keinginan Haryo.

"Kalau waktu aku ulang tahun bagaimana, Pak ?" tanya anak kelas dua SD itu dengan bersemangat. Ada harapan baginya. Harapan yang dipelihara. Semoga, Bapak menuruti keinginannya. Meski, lebih sering dia menunda. Menunda dan menunda hingga terlupa.

Bukankah keinginan itu seperti rumput ? Akan terus ada, bahkan bertambah banyak. Bergantian dari satu keingian menuju harapan lain.

"Iya, Nak. Bapak akan berusaha bekerja lebih keras lagi. Doakan ya, semoga Bapak sehat terus dan nanti kamu bisa beli mainan kesukaanmu itu," ujar Pak Tarmo menenangkan anaknya.

Pak Tarmo tahu, kalau tidak segera dijawab ya, nanti bisa berkepanjangan. Haryo pernah sampai sakit. Hanya karena ingin tas baru, tapi Pak Tarmo tidak setuju. Alasannya karena tas Haryo masih bagus. Tentu, dengan alasan lain belum ada uang.

"Nanti kita akan segera beli tas baru, tapi Haryo harus sembuh dulu. Kalau Haryo sakit, tidak bisa berangkat sekolah. Tasnya mau buat siapa kalau begitu ?" ujar Pak Tarmo.

Berhenti menangis, Haryo mengiyakan ungkapan Pak Tarmo. Baginya, Bapak adalah tempat di mana semua permintaan bisa terpenuhi. Meski dengan menanti, itu tidak masalah. Bukan lain, Ibunya Haryo sudah meninggal sejak Haryo masih balita.

***

Tumbuh dewasa, ternyata tidak menyenangkan. Banyak kekalahan dalam hidup. Kegagalan dalam mencoba. Memberi kesempatan, malah dibalas penipuan. Beragam persoalan hidup berdatangan, paling terasa bagi Haryo adalah ekonomi. Uang memang bisa dicari, tapi sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun