Vas Bunga
Cerpen Yudha Adi Putra
Menggaruk kepala meski tidak gatal. Mungkin, pernah dilakukan bagi orang yang tidak percaya diri. Gugup dengan rencana. Takut, jika saja nanti tidak sesuai realita. Jarwo berusaha tetap tabah. Hatinya yang gelisah ditutupi. Senyum buatan termanis diusahakan. Kini, tinggal waktu saja membuktikan. Besar harapnya, menjadi berguna dan menyumbang alasan senyum.
"Aku akan berusaha mencarikan. Walau sulit, bisa juga menyita waktu. Semua itu akan menyenangkan. Kegembiraan dirayakan dengan apa saja, termasuk bisa merasakan senyuman," ujar Jarwo mengilangkan gelisah.
"Tetap saja, semua perlu pengorbanan. Mencari barang itu tidak mudah. Produk langka, masa mau cari dipinggir jalan. Tiruan saja, sudah mahal harganya," kata Ibunya turut gelisah.
***
Seminggu lalu, kucing Jarwo memecahkan vas bunga. Vas bunga mahal milik Ibunya. Selama bertahun-tahun memelihara kucing. Pengalaman menghancurkan vas bunga jadi menakutkan. Jarwo menjadi pendiman. Hingga kini, belum sempat menemukan vas pengganti. Ibunya tetap diam. Tidak berkomentar melihat kucing Jarwo yang beranak.
"Tenang saja, Bu. Nanti, akan aku coba carikan. Mungkin saja, ada pengrajin yang baik hati. Kalau itu dari luar negeri. Nanti, bisa juga mendapatkan pengalaman," ujar Jarwo menghibur dirinya. Rasa bersalah ditutupi. Takut, apa yang dilakukan tidak sesuai.
"Semoga saja," ujar Ibunya singkat.
Hari berganti dengan cepat. Pilihan kegiatan dilakukan. Menghilangkan rasa bersalah, Jarwo mencari pengadopsi. Siapa saja disilakan. Entah tetangga, sahabat, bahkan orang asing. Meski, orang asing tidak dianggap menakutkan.
"Jangan berikan pada orang asing, bisa nanti dijual. Kalau tidak beruntung, itu malah menyiksa kucing. Berikan saja pada pengadopsi. Sekarang, ada banyak yang mau adopsi," saran Handoko. Teman Jarwo yang tidak suka kucing. Tidak suka memelihara, tapi senang dengan kelucuannya. Termasuk senang, ketika mendengar kabar kucingnya Jarwo memecahkan vas bunga. Sedikit berarti, nanti kucing Jarwo bisa berkurang.
"Tapi, nanti mereka itu pasti memilih. Tidak semua senang, tidak semua menyukai kucing biasa. Banyak hanya mau melihatnya. Melihat lucu dan gemas,"
"Termasuk Ibumu ya ?" tanya Handoko singkat. Namun, pertanyaan itu membawa kelamunan Jarwo. Lamunan dan kebingungan. Mau diapakan, kucing kesayangannya. Tapi, sudah memecahkan vas bunga.
***
Hari yang dinanti terjadi, seorang datang. Orang muda dengan motor dua. Mereka datang setelah menghubungi Jarwo tadi malam. Merencanakan bertemu, membawa banyak tempat. Sudah siap, tapi tak berjalan sesuai rencana. Jarwo ada acara siang itu, tidak bisa menemui. Harus ditunda semalam, paling tidak untuk perpisahan.
"Aku tidak mau kucingku diadopsi sebenarnya. Tapi, di rumah sudah banyak. Banyak sekali, bahkan aku sendiri tidak sempat beristirahat. Lelah, menatap mereka berlarian. Belum lagi, masalah vas bunga tadi. Bukankah itu menjengkelkan ?" keluh Jarwo ketika Handoko datang.
"Merokok dulu ?"
"Tidak, tapi bagaimana ini ?" lanjut Jarwo bimbang.
"Sudah, lakukan saja. Itu yang terbaik. Paling tidak, kamu bisa tenang dulu. Tenang dan menabung membelikan vas bunga untuk Ibumu, bukankah begitu ?" saran Handoko membuat Jarwo tersenyum. Bukan senyum tenang, kecut dan masam.
***
Sudah diputuskan, Jarwo akan menemui Ibunya. Meminta maaf, setelah seminggu mereka tak saling bicara. Kalau bicara, mungkin hanya sepatah kata saja. Tidak lebih.
"Bu, aku minta maaf atas kelakuan kucingku !"
"Kemarin sudah bilang," jawab Ibunya Jarwo singkat.
"Tapi, ini kucingnya akan aku kasih orang. Rencana, ada dua orang mau pelihara. Dia pengadopsi," ujar Jarwo.
Ibunya Jarwo tidak merespon. Perempuan paruh baya itu seolah masih sedih. Vas bunga yang pecah ternyata penuh kenangan.
"Kalau punya hobi, paling tidak jangan sampai merugikan orang lain !" begitu kata Ibunya Jarwo sebelum meninggalkan Jarwo yang kebingungan.
***
Sehari setelah adopsi kucing, rumah jadi bersih. Hening dan tenang. Ibunya Jarwo asyik menikmati pagi. Tanaman demi tanaman disirami. Jarwo belum bangun, semalam dia menangis karena tak ada lagi kucing di rumahnya.
"Permisi, Bu. Saya dari pengirim paket. Ini ada paket untuk Mas Jarwo," kata seorang berseragam mendekati Ibunya Jarwo.
Tak disangka, paket itu berisi kucing Jarwo yang tidak jadi diadopsi. Pengadopsi merasa kewalahan, sudah dua puluh vas bunga pecah.
Godean, 24 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H