"Tapi, nanti mereka itu pasti memilih. Tidak semua senang, tidak semua menyukai kucing biasa. Banyak hanya mau melihatnya. Melihat lucu dan gemas,"
"Termasuk Ibumu ya ?" tanya Handoko singkat. Namun, pertanyaan itu membawa kelamunan Jarwo. Lamunan dan kebingungan. Mau diapakan, kucing kesayangannya. Tapi, sudah memecahkan vas bunga.
***
Hari yang dinanti terjadi, seorang datang. Orang muda dengan motor dua. Mereka datang setelah menghubungi Jarwo tadi malam. Merencanakan bertemu, membawa banyak tempat. Sudah siap, tapi tak berjalan sesuai rencana. Jarwo ada acara siang itu, tidak bisa menemui. Harus ditunda semalam, paling tidak untuk perpisahan.
"Aku tidak mau kucingku diadopsi sebenarnya. Tapi, di rumah sudah banyak. Banyak sekali, bahkan aku sendiri tidak sempat beristirahat. Lelah, menatap mereka berlarian. Belum lagi, masalah vas bunga tadi. Bukankah itu menjengkelkan ?" keluh Jarwo ketika Handoko datang.
"Merokok dulu ?"
"Tidak, tapi bagaimana ini ?" lanjut Jarwo bimbang.
"Sudah, lakukan saja. Itu yang terbaik. Paling tidak, kamu bisa tenang dulu. Tenang dan menabung membelikan vas bunga untuk Ibumu, bukankah begitu ?" saran Handoko membuat Jarwo tersenyum. Bukan senyum tenang, kecut dan masam.
***
Sudah diputuskan, Jarwo akan menemui Ibunya. Meminta maaf, setelah seminggu mereka tak saling bicara. Kalau bicara, mungkin hanya sepatah kata saja. Tidak lebih.
"Bu, aku minta maaf atas kelakuan kucingku !"
"Kemarin sudah bilang," jawab Ibunya Jarwo singkat.