***
Selesai dari kamar mandi, Jarwo menangis. Tangisannya karena kucing. Bukan ingin kucing lagi. Jarwo melihat kucing ditabrak motor. Kucing itu kesakitan dan tak ada yang menolong. Hanya ada burung mendekat.
"Kenapa orang tidak ada yang peduli dengan kucing ?" tanya Jarwo.
"Ada saja. Banyak sekali orang suka kucing. Mungkin saja, kamu belum menemuinya. Bukan di sini memang,"
"Aku mau pelihara kucing," lanjut Jarwo.
"Menabunglah. Banyak keperluan kucing yang harus dibeli. Kucing perlu mainan dan dia tidak bisa kedinginan. Sekarang saja, musim tidak menentu,"
Jarwo melanjutkan langkahnya. Ada harapan hari ini. Bukan soal kucing. Soal kelulusannya dan penantian panjang untuk bertemu.
"Kalau ada kucing, pasti aku tidak kesepian. Kucing lucu sekali. Dia tingkahnya aneh-aneh. Bisa juga menjengkelkan," begitu cerita teman Jarwo sebelum kelas dimulai.
"Aku ada lima belas kucing. Mau memelihara punyaku ?" pertanyaan itu tiba-tiba muncul.
Tapi, hanya ada dalam angan Jarwo. Kegiatan dimulai. Langkah demi langkah terjadi. Kesepian mulai terasa.
"Bukan tidak boleh memelihara. Sekarang harus jelas dulu. Siapa yang mengurusinya, terus keperluan kucing apa saja !"