Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mencatat Pagi

17 Maret 2023   10:51 Diperbarui: 17 Maret 2023   11:09 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kata penutup dalam buku. Semua gelap. Tak sempat membeli lilin. Jarwo sudah kehabisan cahaya untuk membaca.

"Karena kalau malam bisa gelap. Kita bisa bertemu lebih cepat dalam mimpi. Bersama banyak harapan. Tidak sesuai dengan kenyataan dalam kenyataan menyebalkan ini. Sudah pertanyaan itu simpan saja ?"

Perlahan, ada sesuatu meledak. Membuat Jarwo panik. Tapi, itu terjadi dalam mimpinya Jarwo. Mimpi pengangguran yang tidur di tengah hari. Tak ada sesuatu dinikmati. Hanya tidur memberi nikmat pada hati, meski itu sesaat.

***
Kelak, kalau pagi tiba. Saat semua bersiap menuju tempat. Mencari harapan dengan suapan nasi.

"Bangun, Jar. Kalau bangun siang nanti rezekimu dipatuk ayam. Tak ada rezeki nanti kamu nanti !" nasihat Ibunya Jarwo beberapa tahun silam. Itu menguap bersama kenangan akan ibunya. Kenangan yang perlahan selalu Jarwo nikmati dalam mimpi.

Meski tidak bersama Ibunya lagi, Jarwo tetap tumbuh menjadi pengangguran.

"Kita akan menyelesaikan banyak hal. Menjadi pengangguran tak lebih buruk dari menjadi koruptor yang ketahuan, waktu terus berjalan," ujar Jarwo ketika dia ditanya kenapa menganggur hingga hampir enam tahun.

"Aku bisa makan dari kasih. Ingat kasih, bukan kasihan. Sesuatu yang sama tapi tampak berbeda, lalu semua kenangan itu aku catat,"

Semua semakin gelap. Tak ada yang dicatat oleh Jarwo kini. Dalam mimpinya, Jarwo bertarung dengan kemalasan. Perlahan namun pasti. Muncul suatu suara yang menangkan.

"Semua akan baik-baik saja. Perjalanan kita tentu masih panjang,"
"Kenang saja !"

Semua akan terus dicatat meski kau sendiri tak pernah mencatat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun