Asih tak menjawab, ia kembali ke kamarnya. Menata beberapa mimpi. Berharap bisa berjumpa dengan kucing putih.Â
Kucing yang sejak pulang sekolah tadi mondar-mandir di halaman depan rumah mereka. Maklum saja, rumah Haryo berada di pinggir jalan. Keesokan harinya, Haryo tak mengira perjumpaan itu bisa terjadi.
***
Waktu makan bubur hampir usai, tapi Haryo malah asyik melamun. Entah, gara-gara Jarwo bilang anaknya pengen kucing. Ia jadi membuat sahabatnya penasaran.
"Kenapa, Har? Tak ada uang? Pakai uangku dulu saja. Kau tadi apa saja?" tanya Jarwo.
"Bukan, aku tiba-tiba rindu anakku. Aku ada uang,"
"Nanti, kalau uang buat beli kucing anakmu kurang. Bilang ke aku ya, aku tambahi tidak apa-apa!" Haryo mengatakan itu dengan tersenyum. Jarwo keheranan. Mereka melangkah perlahan kembali ke kampus.
Menjelang pulang, Jarwo mendengar kabar dari Darsono, kawan mereka bekerja.
"Dulu, ada perempuan dengan kucing di sampingnya,"
"Siapa?"
"Asih, anaknya Jarwo dan kucing impiannya,"