"Kawanmu itu banyak utang. Aku mau menagihnya. Apakah kau tahu rumahnya di mana ?"
        Darso bingung, tak mengira. Sahabatnya kala SMP itu sekarang menjadi bosnya Jarwo. Di antara pilihan rumit, Darso menuju ke rumah Jarwo bersama lelaki bernama Gandung itu.
        "Dulu, kita bermain di lapangan ini ya, Dar. Sekarang, aku sudah tidak bisa bermain sepak bola lagi."
        "Lah, kenapa memangnya ?" tanya Darso.
        "Kakiku sudah diamputasi, ini kaki palsu. Makanya, aku butuh banyak uang untuk berobat. Apalagi, sekarang usahaku mulai menurun omsetnya."
        "Semoga saja lekas membaik ya. Itu, nanti kita belok kanan. Ada rumah menghadap ke arah jalan. Itu rumahnya Jarwo."
        Mereka lalu memaju kendaraan lebih kencang. Cuaca pagi menjadi begitu menebarkan bagi Darso. Bahkan, di tempat lain, Jarwo merasa kebingungan. Tak mau menanti lama, ia menuju ke rumah Darso. Melalui jalan lain, sehingga tidak berpapasan oleh Darso dan bosnya itu.
        "Mas Jarwo sudah pergi, Mas !" kata istrinya Jarwo.
        Darso tersenyum lega. Bosnya bingung, merasa dibohongi.
Godean, 26 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H