Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kecelik

26 Februari 2023   14:59 Diperbarui: 26 Februari 2023   14:56 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                "Kawanmu itu banyak utang. Aku mau menagihnya. Apakah kau tahu rumahnya di mana ?"
                Darso bingung, tak mengira. Sahabatnya kala SMP itu sekarang menjadi bosnya Jarwo. Di antara pilihan rumit, Darso menuju ke rumah Jarwo bersama lelaki bernama Gandung itu.

                "Dulu, kita bermain di lapangan ini ya, Dar. Sekarang, aku sudah tidak bisa bermain sepak bola lagi."
                "Lah, kenapa memangnya ?" tanya Darso.

                "Kakiku sudah diamputasi, ini kaki palsu. Makanya, aku butuh banyak uang untuk berobat. Apalagi, sekarang usahaku mulai menurun omsetnya."
                "Semoga saja lekas membaik ya. Itu, nanti kita belok kanan. Ada rumah menghadap ke arah jalan. Itu rumahnya Jarwo."

                Mereka lalu memaju kendaraan lebih kencang. Cuaca pagi menjadi begitu menebarkan bagi Darso. Bahkan, di tempat lain, Jarwo merasa kebingungan. Tak mau menanti lama, ia menuju ke rumah Darso. Melalui jalan lain, sehingga tidak berpapasan oleh Darso dan bosnya itu.

                "Mas Jarwo sudah pergi, Mas !" kata istrinya Jarwo.

                Darso tersenyum lega. Bosnya bingung, merasa dibohongi.

Godean, 26 Februari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun