Hari tua menjadi menyenangkan, punya usaha jualan tahu. Menyapa anak berangkat ke sekolah. Melihat pedagang berjualan. Begitu tiap hari. Hingga, ada seorang pembeli datang.
"Saya mau beli tahunya, Bu. Lima ribu saja." ujar seorang pemuda. Tampak lapar namun ditahan. Pemuda tadi hanya berjalan kaki. Kalau orang pertama kali melihat, mirip sekali dengan peminta-minta. Yu Darmi awalnya juga menduga demikian. Tapi, tidak.
"Ini Bu." pemuda itu mengulurkan tangan dengan uang seratus ribuan. Cukup banyak untuk membeli tahu. Hari masih pagi. Yu Darmi belum mempersiapkan kembalian.
"Sebentar, saya belum punya kembalian."
"Tidak usah, Bu. Buat Ibu saja uang kembaliannya."
Setelah itu, pemuda tadi pergi meninggalkan Yu Darmi. Awalnya, Yu Darmi menolak. Tapi, karena pagi masih belum ramai. Cuaca mendung juga. Akhirnya menerima begitu saja uang pemuda itu. Tak ada yang berubah.
Pagi datang lagi, hari sudah berganti. Dagangan Yu Darmi laris. Itu menjadi harapan penting.
"Akhirnya, dagangan laris. Aku bisa membantu Rini untuk mencicil rumah. Pelan-pelan, pasti bisa." Ujar Yu Darmi memberesi dagangannya.
"Yu Darmi, tahunya masih tidak ? Saya mau beli." ujar seorang perempuan sehabis turun dari mobil.
"Habis, Bu. Sudah habis untuk hari ini, baru mau buat nanti sore."
"Kalau begitu, saya pesan untuk nanti malam bisa tidak ?"