Anak kecil itu menuju kamar Jarwo. Meraih sebuah dompet lusuh. Dibukanya perlahan. Ada uang lima belas ribu.
"Ini apa ? Masa tidak mau beli sempol !"
"Itu buat ke kampus besok." balas Jarwo.
"Lagian, uangku tinggal itu. Tidak tahu lagi bagaimana perginya besok." lanjut Jarwo. Air mata mulai menghiasi pipinya.
***
Sore semakin gelap, mendung menghiasi. Suara gemuruh terdengar. Hampir seperti gunung meletus. Itu semua bersumber dari pengeras suara. Entah ada pesta di samping rumah. Pesta dalam penderitaan.
"Mas. Aku mau beli sempol. Kalau tidak, aku siram pakai air ini !"
"Siram saja kalau bisa." Jarwo berhasil menghindar.
Mereka malah asyik saling siram. Lupa keinginan awal untuk membeli sempol. Setelah mandi, Bara mencari makanan. Tetap saja, dia merasa aneh. Ada yang kurang. Tapi dia sendiri tidak tahu.
"Bu. Mas Jarwo kemana ? Kok di kamarnya tidak ada ?"
"Tadi ada. Dia menulis cerita!"
"Tidak ada, Bu. Aku tadi dari kamarnya. Mau mengembalikan dompetnya." kata Bara meyakinkan.
Ibunya hanya tersenyum. Tak lama, ada suara dari depan rumah. Selain rinai hujan. Ada sebuah kabar.