***
Selesai memandikan burung, Jarwo keheranan. Burungnya malah terdiam. Tidak lincah seperti biasanya. Ada sedikit bercak darah.
"Mungkin itu tadi kena tikus."
"Semalam ada tikus ?"
"Iya. Kemarin saja, ada anak ayam dimakan juga." kata Bara pada Jarwo.
Mereka sibuk dengan permainan masing-masing. Mengisi sore, menanti disuruh makan dan mandi.
"Mas, aku mau sempol ayam sama ikan tenggiri. Belikan sepuluh ribu ya ?" pinta Bara. Ia menatap mainannya. Sebuah sepeda. Tanpa tempat duduk. Sengaja. Mungkin, Bara terinspirasi motor. Seperti tempat duduk motor.
"Aku tidak punya uang !"
"Beneran ? Kemarin saja bisa beli makanan. Bensin motor juga penuh !"
"Iya."
Seketika, Jarwo teringat janjinya bertemu Erni. Kekasih yang sudah setahun bersamanya. Kekasih dengan berbagai keribetan. Maklum saja, cinta tanpa restu. Rumit sekali dijalani. Tapi, Jarwo tetap berjuang.
"Mas, besok Minggu kita jalan-jalan ya. Aku kangen makan mie ayam. Nanti, aku yang bayar !" begitu ajakan Erni. Ajakan yang sudah dicatat di buku harian Jarwo.
"Iya." hanya itu yang bisa Jarwo ungkapkan. Tak tahu bagaimana nanti. Entah bensi untuk pergi. Dan yang paling sulit, bagaimana pamit pergi.
"Mas. Jangan ngalamun. Aku mau sempol sepuluh ribu !" teriakan Bara itu sampai terdengar Ibunya. Tak ada respon. Hanya gelengan kepala.
"Aku cek di dompet ya. Awas kalau ada uang !" bentak Bara.