"Tidak. Kita sudah biasa melakukannya ! Tarikan gas dengan yakin ! Sambar uang-uang itu. Semua untuk kita !" Pak Haryo berhasil membuat kawannya bersemangat. Deru motor menyala. Tong setan dimulai. Tontonan yang menakjubkan. Antrean panjang mulai mengular. Semua mau lihat.
"Ingat ! Kau harus bawa banyak uang ! Cicilan dan tungakan utang harus segera dibayar. Bukan hanya keluyuran saja !" ujar Bu Heni dalam benak Pak Haryo. Perkataan istri kesayangannya itu menjadi semangat. Apalagi, Pak Haryo ingat. Anak perempuannya sebentar lagi mau masuk sekolah dasar.
"Paling tidak. Menjadi pengendara sepeda motor lebih menyenangkan dari menjadi penari jathilan. Tapi, aku merindukan masa itu !" gumam Pak Haryo. Dulu, Pak Haryo memang penari jathilan ketika muda. Itu juga berlanjut meski sudah menikah. Tawaran menjadi penari kuda lumping kian sedikit. Hingga menjadi pengendara motor di dalam tong dilakukannya.
***
Erni memberanikan diri terus melangkah. Wajahnya sudah dirias. Siap menari bersama kerinduan akan Bapaknya, dalam jathilan.
Godean, 29 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H