"Tidak !"
"Mereka hanya takut pada kesepian!" ujar Yudha tanpa menatap sumber suara.
Malam memberikan sambutan terbaik. Hujan menjadi peka. Memilih reda sejenak. Membiarkan empat pemuda pulang. Dalam hening, suara kendaraan malah keras. Menembus malam di desa. Tak ada yang tersisa. Semua terlelap. Fani menatap arloji kecilnya. Mencari informasi, tak didapatkan.
"Jamku mati ternyata ! Kena air hujan tadi."
"Sekarang sudah jam sebelas malam. Waktunya pulang !" kata Yudha. Menunjuk pada tikungan.
Ada banyak belokkan. Semua dilalui dengan kedinginan. Bayangan jalan sehat muncul. Yudha senang, berharap esok mendapatkan hadiah. Apa saja, kalau bisa jangan kesepian.
"Kau tidak apa diantarkan sampai sini?"
"Ada sekumpulan pemuda tadi !"
"Biasa. Mabuk. Lelah dengan keadaan. Jangan merasa lebih baik dari mereka !"
Ketiga anak SMP itu tak berani menjawab. Tatapan kosongnya makin menjadi. Yudha pergi ditelan malamj. Jangkrik memulai paduan suara. Malam menjadi dini hari, mereka terjaga sampai pagi.
***
Kepala masih terasa pening. Pagi berselimut hujan. Ada deru kendaraan tiba. Percakapan ibu-ibu menjelang ke pasar. Kokok ayam dan kicauan burung tak terdengar. Masih malas karena hujan. Yudha belum sepenuhnya bangun. Perlahan, ia mendengar.
"Ada lomba jalan sehat nanti sore. Kita ikut ya!"
"Jalan sehat dilombakan?"
"Bukan. Hanya jalan sehat saja. Lumayan kalau dapat mesin cuci."