"Persis. Kalau ngomong sudah pakai elu sama gue. Gokil !"
Tidak mungkin salah. Itu upaya membuat orang baru nyaman. Salah satu diberi kesempatan untuk berbicara, lanjut berdoa.
"Ia calon pendeta !"
"Kita hampir saja lupa !"
Begitulah, Erni menjadi pembawa acara. Ia tak memperhatikan. Wajah kesal beberapa teman. Permainan tak menyenangkan. Â Waktu berjalan lambat. Makanan tak kunjung datang !
"Ayo. Kasihan mereka yang besok sekolah. Harus bangun pagi. Jam lima sudah mandi !"
Perkataan perempuan bernama Juni itu berhasil. Perhatian banyak orang tertuju padanya. Senyuman nampak dalam gigi gingsul.
"Makanya. Kalau mau ada permainan itu perhitungan dulu. Tidak sopan!"
Maklum. Tempat bertemunya banyak latar belakang.
Ada si miskin dengan harapan ketika datang berdoa. Bisa menjadi kaya dan nyaman hidupnya. Ada si kaya, supaya egonya diberi makan seenaknya. Malam tak terasa. Sampai akhirnya, lagu dimainkan. Lelaki memeluk gitar dan bernyanyi.
"Aku sudah membawa firman. Setelah ini, masih harus mengiringi menyanyi kalian juga ?"