Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Requiem Prenjak Tamu

23 Januari 2023   21:00 Diperbarui: 23 Januari 2023   20:57 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                Dua bulan yang lalu, ada burung prenjak masuk rumah. Berjalan di depan rumah. Membuat sarang di dekat lampu. Hingga beberapa waktu, listrik di desa padam. Konon, itu gara-gara sarang prenjak tamu. Mula-mula, banyak yang mengira karena hujan lebat. Ada angin yang membuat pohon tumbang hingga kabel listrik putus. Seminggu kemudian, nampak sarang prenjak tamu menganggu saklar. Itu membuat konslet, begitu katanya.

                Lalu, bukan hanya itu. Ada anak kecil bermain di tepi sungai. Awalnya, ia bersama orangtuanya. Maklum hidup di desa. Gadget masih langka. Ada satu yang punya. Semua langsung terkesima. Ibu-ibu sampai tak sadar kalau membawa bayi mereka, termasuk anak kecil. Mereka sedang asyik berfoto. Ajakan membuat video juga tak kalah menarik. Tak diperhatikan, ada bayi merangkak mendekati sungai. Ia seolah mengejar burung kecil yang berlarian. Prenjak tamu. Seolah menarik perhatian.

                Tak butuh waktu lama. Bayi itu tercebur ke sungai. Ia kesulitan nafas. Hanyut, tak tertolong. Ibu-ibu baru sadar ketika ada kicauan prenjak tamu juga.

                "Dasar burung penanda sial !"

                Bentak ibu yang kehilangan anaknya. Bukannya memperhatikan perilaku anaknya. Ibu itu sibuk menyalahkan prenjak tamu. Tentu, itu bukan aku.

                Gemparlah seluruh desa. Akibat mengikuti prenjak tamu, seorang anak hanyut di sungai. Mungkin, itu alasan terkejam hingga banyak penduduk memburu prenjak tamu. Baru kali ini, burung kecil yang awalnya tidak laku. Dicari banyak orang karena dendam. Tidak sepenuhnya, karena laku dijual juga. Kicauannya keras dan merdu. Bagi yang suka.

                "Besok. Aku akan menangkap prenjak tamu juga !" kata kakek tua.

                "Kau sudah tua. Hati-hati. Ingatkan, dulu waktu kita kecil. Burung kecil itu berkeliaran bebas di depan rumah !"

                Sepasang lansia saling bertatapan. Aku menjadi ketakutan. Kalau orang tua yang mau menangkap. Kepada siapa aku berlindung ? Manusia yang merusak. Manusia juga ingin merawat. Mereka aneh !

                "Tidak usah ! Itu karena kecerobohan saja. Makanya, kalau punya anak diawasi. Bukanya malah mainan HP !"

                "Lebih dari itu, kurunganku ada yang kosong satu. Mungkin pas untuk prenjak tamu !"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun