"Kopinya mana, Bu ?"
"Gas tidak ada. Malah minta kopi. Cepat pergi, cari gas dulu !"
"Aku mau mempersiapkan pesanan," lanjut Bu Kapti.
Mengendarai sepeda motor di pagi hari memang bukan kegiatan baik bagi penyandang disabilitas. Jalanan ramai. Belum lagi, tidak semua ramah dengan penyandang disabilitas. Kebanyakkan hanya merasa kasihan, bukan memberikan kesempatan. Itu semua dirasakan oleh Pak Dono. Memangnya, siapa yang mau dalam keadaan menjadi penyandang disabilitas ?
***
Sebuah rumah kecil menghadap ke arah timur menjadi tujuan Pak Dono. Halaman rumahnya penuh dengan burung, bukan burung hinggap di pohon. Tapi, dikurung dalam sangkar. Orang kampung tahu betul, di sana adalah tempat tinggal Mbah Yanti dan suaminya, seorang penangkap burung.
"Mbah, ada gas tidak ?" tanya Pak Dono. Melangkah mendekati sepeda motor beroda empat, seorang perempuan paruh bawa menurunkan tabung gas kosong. Ia membantu Pak Dono.
"Gas naik. Semua naik. Bensin harganya berapa sekarang?" kata Mbah Yanti.
"Bu, kopinya mana?" teriak suami Mbah Yanti.
"Eh, ada Pak Dono ! Mampir, Pak. Kemarin, saya menangkap burung prenjak. Ada yang kepala merah!" lanjut seorang laki-laki berambut panjang. Tapi, semua rambutnya sudah putih. Giginya ompong karena malas gosok gigi atau karena merokok ?
"Mau beli gas, Pak. Istri sudah ngomel-ngomel!" kata Pak Dono.