Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangisan Perempuan Penjual Burung

17 Januari 2023   17:00 Diperbarui: 17 Januari 2023   16:59 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudah. Tidak apa. Mobilnya masih garansi. Kasihan ibunya, burungnya terbang semua," kata suami Andin. Perempuan penjual burung tadi hanya menangis, ia ketakutan.

***

Saat sampai di desa, Andin terkejut melihat perempuan penjual burung tadi dikabarkan meninggal dunia. Ia menerima telpon dari tetangganya. Kalau perempuan penjual burung itu ternyata tinggal di desa yang sama dengan mertuanya.

"Dia bukan penjual burung biasa. Hari-harinya penuh pelajaran yang tak pernah terpikirkan oleh orang kota," kata mertua Andin.

"Apa itu, Bu ?"

"Bersyukur!" jelas Ibu mertua Andin. Sambil menatap ke arah pintu. Ada beberapa lelaki bertanya.

"Mbakyu Painem mau dimakamkan dimana ya Bu," tanya seorang lelaki.

"Makam keluarga. Makam yang dekat dengan orangtuaku,"

Perbincangan soal meninggalnya perempuan penjual burung menjadi hangat. Mertua Andin berhasil menuruti permintaan kakaknya.

"Aku akan terus menjadi penjual burung, dik. Sambil terus mencari Mas Yanto. Aku yakin, suatu saat bisa bertemu dengannya," ujar Painem saat pernikahan Andin. Tepat dimana Yanto, suami Painem tak kembali meski pamit berjualan burung.

Godean, 17 Januari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun