Tugiman membawa buku di becaknya supaya dia bisa membaca. Ia ingin bisa menjadi sarjana, biar pantas kalau menikah dengan Asih. Tapi, keinginannya hanya menjadi impian saja. Asih menolak cintanya, ia ingin membereskan urusan keluarganya terlebih dahulu. Tugiman hanya bisa membayangkan, Asih serupa burung dalam sangkar yang dibawanya itu. Tugiman tahu, alasan Asih menikah bukan karena cinta, tapi terpaksa untuk membayar hutang. Makanya, kalau yang naik becak Asih, sangkar burung diletakkannya karena pujaan hati sudah bersama.
      "Mas, terima kasih ya. Sudah mengantarkan sampai rumah. Jadinya berapa, Mas?" tanya Asih.
      "Sudah, tidak usah membayar saja. Lagian, besok mau semesteran untuk Nia kan. Pasti, Asih sedang butuh banyak uang. Aku minta lotek saja," ujar Tugiman. Ia merapikan buku di becaknya sambil berharap bisa makan lotek gratis di warung Asih.
      Asih tersenyum dan membantu Tugiman merapikan buku di becaknya. Ia merasakan cerita di masa lalunya hidup kembali. Cerita yang menjadikan alasan Tugiman memilih bekerja demi adik-adiknya bisa sekolah, cerita yang membuat dia menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Semua tentang pengorbanan.
                              Pasar Bibis, 27 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H