Setiap dipanggil dengan sebutan Mas, Tugiman sangat sensitif. Ia membayangkan bisa menikah dengan Asih. Tapi, segera Tugiman sadar panas matahari menyengat tubuhnya yang berusaha mengayuh becak melewati tanjakkan.
***
      "Aku tidak mau dijodohkan, Pak" ujar anak perempuan pada bapaknya.
      "Ini demi keluarga kita, nak. Hutang bapak dan ibumu. Bapak tidak mau tahu, pokoknya kamu harus menikah dengan Tono," bentak Pak Kustono.
      "Iya, nak. Kamu juga mendapatkan suami yang baik. Ibu yakin, kamu tidak akan kekurangan. Turuti saja permintaan bapakmu itu," ucap istri Pak Kus. Lembut dan lirih, sesekali mengelus rambut Asih.
      Saat usia muda, Asih menikah dengan Tono. Anak dari kawan Pak Kustono. Setelah menikah, Asih bisa mendapatkan fasilitas hidup lebih dari anak perempuan di desa. Asih bisa kuliah dan berjalan-jalan ke luar negeri. Tapi, ada satu hal yang membuat Asih tidak nyaman. Ia tidak mencintai suaminya dan suaminya juga tahu akan hal itu.
      "Apa kau mau bercerai? Aku mengamati, kau tidak bahagia menikah denganku," ujar Tono pada Asih.
      "Tidak, Mas. Aku menjaga permintaan kedua orangtuaku,"
      "Tapi, aku ingin kau juga bahagia," ucap Tono.
      Hingga pada suatu ketika, Tono meninggal karena kecelakaan menabrak penarik becak. Itu membuat Asih menjadi janda.
***