"Apanya yang ditindas ? Bukankah semua sudah ada aturannya ? Semua sudah menjadi kebiasaan sejak lama," Pak RT tak mau kalah.
        "Memangnya semua laki-laki itu bisa memimpin ? Memangnya hanya laki-laki yang punya nama baik ?. Kita butuh pemimpin, bukan laki-laki,"
        "Itu harapan. Laki-laki yang baik seperti itu. Ada gambaran idealnya," jawab Pak RT.
        "Hanya laki-laki yang boleh diharapkan ? Apa yang diharapkan dari kemalasan mereka dan berlindung dalam budaya. Laki-laki itu gagal!" Kris mulai mengeluarkan unek-uneknya.
        "Kalau yang dibiasakan itu berhasil. Sudah tidak ada lagi warga kita yang ditindas. Apa perempuan hanya bahagia dalam kepatuhan semu itu ? Tidak. Romantisnya budaya membuat perempuan lemah. Kasur, dapur, sumur ? Semua diatur oleh laki-laki. Cara berpakaian. Jam pulang malam hingga ucapan. Memangnya laki-laki itu Tuhan ?" lanjut Kris.
        Kebenaran ucapan Kris tidak dapat dipungkiri. Perlahan Pak RT meminum kopinya. Ia bingung mau menjawab apa. Satu hal yang muncul dibenaknya, kenapa Kris menjadi begitu marah.
        "Lihat saja, dari bangun pagi sampai tidur lagi. Pekerjaa siapa yang paling banyak ?" bentak Kris.
        "Hanya apresiasi sapaan saja rumit. Belum soal yang lain. Laki-laki itu gagal," kata Kris sambil meninggalkan Pak RT tanpa pamitan.
***
        "Ibu Bapak, selamat pagi. Mari kita mulai kerja bakti di pagi hari ini. Silakan ibu-ibu kalau ada yang mau disampaikan," ucap Pak RT sambil menatap ibu-ibu yang sibuk menyiapkan makanan untuk bapak-bapak.
        "Kami perlu bantuan," kata seorang perempuan paruh baya.
Sumbergamol, 21 Desember 2022
       Â