Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Obat Panu

21 Desember 2022   16:00 Diperbarui: 21 Desember 2022   16:02 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Obat ya obat. Kalau tidak boleh ya sudah, saya cuma mau beli dua. Saya nawar dua sepuluh ribu," tawar Heri dengan sinis.

Pengunjung yang lain hanya menonton. Tidak ada respon. Mereka menanti, boleh tidak kalau hanya membeli dua saja atau justru membeli satu saja. Obat itu berbentul botol dan cara memakainya dioleskan.

"Baiklah. Untuk pembuka rezeki saya. Tidak apa, dua sepuluh ribu," jawab pedagang itu dengan nada kecewa.

"Tapi ingat, kalau ada apa-apa jangan salahkan saya," lanjutnya

Karena sudah ramai, Heri tak mendengarkan ucapan pedagang itu. Ia hanya memberikan uang sepuluh ribuan dan mengambil dua botol tanpa sempat menerima plastik.

***

Siang itu, Heri bersama teman-temannya ngobrol di pangkalan. Ada budi yang masuk angin dan minta dikeroki oleh Tono.

"Panumu itu lho, membuat orang risih. Makanya mandi yang rajin. Kalau begini, saya mau ngerokin kamu jadi parno sendiri, takut ketularan," kata Tono.

"Hari gini masih panuan? Diobati dong Bud, malu-maluin saja," kata Heri dengan nada mengejek.

"Bukanya kamu juga panuan? Sombong sekali," jawab Budi sambil memperbaiki posisi duduknya. Ia sudah siap dikeroki oleh Tono.

"Itu masa lalu, sekarang sudah bersih. Aku ada obatnya, kamu mau?" tanya Heri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun