"Gelasnya bagus, Pak. Ini harganya berapa?" Tito pura-pura bertanya pada pedagang di lapak itu.
        "Limaratus ribu, Mas. Itu barang antik," jawab pedagang sambil merapikan barang dagangannya.
        Tito menelan ludah. Dia heran, memangnya apa yang bagus dari gelas lusuh berwarna kuning keemasan itu. Tanpa pamitan dengan pedagang di lapak, Tito melanjutkan perjalanannya. Ia mengikuti bule yang membawa uang sekoper tadi. Bule itu berhenti tepat di lapak lain yang menjual batu akik.
        "Pak, apakah di sini ada Traditional Ironing Tools semacam ini ?" kata bule itu dengan bahasa Indonesia sedikit kaku dan kawannya menunjukkan setrika arang. Persis seperti yang dimiliki Mbah Arjo. Tito mendengar pertanyaan itu, seketika teringat akan Mbah Arjo. Dia merasa kehilangan dua hal berharga, setrika Mbah Arjo dan sosok Mbah Arjo yang bijaksana.
                                                Godean, 18 Desember 2022
       Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H