Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rusana Said: Pembongkar Kebisuan Perempuan Melalui Sastra

30 November 2022   22:59 Diperbarui: 30 November 2022   23:32 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasuna Said dalam usahanya memberantas penindasan terhadap perempuan menempatkan pihak lain, seperti petani miskin di Minangkabau sebagai subyek yang berdaya. Rasuna Said tidak ingin ketika pengambilan kebijakan berlangsung mereka itu tidak bisa terlibat karena tidak dapat membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis menjadi penentu untuk dianggap manusia utuh terlibat dalam masyarakat dii Minangkabau pada waktu itu. 

Usaha Rasuna Said dengan menerima manusia sebagai pribadi yang utuh dan sebagai subyek yang bisa menentukan kebijakan serta arah hidupnya menjadi poin penting. Dalam pemberantasan penindasan terhadap perempuan ada penerimaan diri sebagaimana adanya. Rasuna Said tidak memberikan syarat tertentu untuk belajar, tetapi memfasilitasi kerapuhan manusia yang tidak bisa membaca dan menulis untuk direngkuh supaya menjadi bisa membaca dan menulis. 

8. Tujuan

Tujuan dari semua yang dilakukan Rasuna Said adalah untuk proses pendidikan. Proses pendidikan Rasuna Said dengan tujuan yang luas serta multikultural. Karya dari Rasuna Said menjadi pemikiran yang terus dikembangkan. Rasuna Said memiliki tujuan untuk mengajar serta membantu program pendidikan negara-negara yang sedang berkembang di Asia dan Afrika.  Ada tujuan untuk pendidikan bagi kaum yang tertindas dalam kehidupan. Menurut tokoh pemberantas penindasan terhadap perempuan dari Minangkabau ini, definisi kesetaraan adalah perjuangan untuk kemanusiaan.

D. TINJAUAN TEOLOGIS 

Dalam memberikan tinjauan teologis mengenai kisah Rasuna Said, saya tertarik untuk melihatnya dalam pandangan teologi pembebasan. Teologi pembebasan merupakan sebuah usaha untuk mencoba menafsirkan Kitab Suci melalui sudut pandang penderitaan orang miskin. 

Dalam hal ini, kata pembebasan (liberation) menunjukkan perubahan hidup yang radikal dimana kelas sosial tertindas (miskin) dapat membebaskan diri dari berbagai hal yang menindasnya serta mengupayakan untuk membebaskan diri agar lebih bermartabat.  

Ketika melihat lebih lagi, teologi pembebasan dapat dipahami sebagai refleksi yang didasarkan pada pengalaman keterlibatan atau praksis pembebasan. Alkitab dapat menjadi sumber untuk merefleksikan teologi pembebasan. Terdapat berbagai teks yang daapt direfleksikan untuk mendapatkan gambaran mengenai teologi pembebasan. Sebagai contoh, terdapat teks Lukas1: 52-53. 

Dalam bahasa Indonesia, "1:52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;   1:53 Ia melimpahkan segala yang baik  kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;".Dalam bahasa Yunani, "1:53 kayeilen dunastav apo yronwn  kai uqwsen tapeinouv 1:53 peinwntav eneplhsen agaywn kai ploutountav exapesteilen kenouv".  Dalam bahasa Inggris, "1:52 He has brought down the mighty from their thrones, and has lifted up those of lowly position; 1:53 he has filled the hungry with good things, and has sent the rich away empty."25 .

Dalam teks ini, Maria memuji dan memulikan Allah. Maria berkata, "Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa." Dalam refleksi teologi pembebasan, ungkapan Maria menggambarkan kegembiraannya tentang Tuhan yang telah membebaskan orang miskin secara material, memberi makan untuk orang yang kelaparan dan mengusir pergi mereka yang memiliki kekayaaan. Sehingga dapat disebutkan bahwa Allah itu adalah Tuhan yang bermurah hati kepada mereka yang miskin dari pada mereka yang kaya.  

Semangat refleksi teologi dengan melihat mengenai ungkapan Maria itu dapat menjadi gambaran untuk teologi pembebasan serta mewartakan kasih Allah. Upaya mewartakan kasih Allah dengan tindakan yang membebaskan mereka yang tertindas untuk menjadi subyek berdaya. Semua itu memerlukan kasih dan iman dalam proses perjalanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun