Selanjutnya, ketika umur lima belas tahun dia lulus dengan nilai pas-pasan untuk dapat masuk sekolah lanjutan. Ketika kondisi keluarganya mulai membaik, Rasuna Said mulai bisa menyelesaikan sekolahnya. Dalam masa inilah, keresahannya terlatih dan mempersiapkan diri untuk berjuang memberantas penindasan terhadap perempuan.
- 5. Analisis Karya dan Inspirasi
Dalam perjuangannya memberantas penindasan terhadap perempuan, Rasuna Said juga sempat di penjara karena tuduhan gerakan yang radikal. Tetapi itu malah membuat dia berkarya dengan menulis buku. Berlanjut pada berbagai harapan. Rasuna Said juga memiliki kesempatan untuk menjadi kepala dalam majalah.Â
Dalam kesempatannya itu, dia memperjuangkan karya dan inspirasinya memberantas penindasan pada perempuan. Dampak yang terjadi dari inspirasi dan karya Rasuna Said semakin meluas, bahkan dapat menjadi rujukan dalam proses pendidikan saat ini.
6. Analisis Perjuangan
Perjuangan yang dilakukan oleh Rasuna Said merupakan perjuangan untuk pendidikan bagi kaum yang tertindas dan perempuan. Melihat perjuangan Rasuna Said terdapat upaya menjadikan manusia kritis dengan membaca dan menulis dalam rangka menuntaskan kebodohan di Minangkabau.
Upaya perjuangan yang dilakukan oleh Rasuna Said berkaitan dengan menjadikan manusia sebagai subyek yang kritis. Rasuna Said juga menolak pendidikan dengan model bak. Dimana siswa seperti menabung pengetahuan dan itu menjadi mirip dengan cara kerja bank.Â
Pendidikan yang diperjuangankan oleh Rasuna Said bersifat dialogis. Siswa dan gurus memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan kritis. Sebelum itu, secara mendasar juga ada perjuangan Rasuna Said untuk menuntaskan penindasan terhadap perempuan. Sehingga perjuangan yang dilakukan dengan menjadikan manusia sebagai pembaca dan bisa menyuarakan apa yang menjadi kehendaknya.
7. Analisis Teologis
Dalam analisis mengenai pandangan teologis dan konteks yang terjadi dalam kehidupan Rasuna Said. Saya merasa ada upaya yang dilakukan oleh Rasuna Said untuk teologi pastoral profetis. Rasuna Said juga mulai mempertanyakan ketidaksesuaian antara khotbah yang didengarnya di gereja dengan apa yang menjadi kenyataan kehidupan sehari-hari.Â
Apa yang dipertanyakan oleh Rasuna Said ini menjadi keresahan teologisnya ketika yang terjadi di gereja tidak sesuai dengan kenyataan hidup di masyarakat. Rasuna Said memiliki keresahan yang mendorongnya melakukan pemberantasan huruf selain dari pengalaman penderitaan yang dialaminya ketika masih kecil. Tidak hanya soal kelaparan, tetapi ketidaksesuaian ajaran yang ada di gereja dengan realita kehidupan membuat Rasuna Said menjadi semangat untuk terus belajar dan memberantas penindasan terhadap perempuan.
8. Harapan Tokoh