Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Queer Theory an Introduction

23 Oktober 2022   21:00 Diperbarui: 23 Oktober 2022   21:00 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Queer Theory An Introduction

Pendahuluan

Dalam bacaan kelompok, pendahuluan diawali dengan pengertian apa itu queer dalam berbagai pandangan. Dalam beberapa tahun terakhir istilah 'queer' dipahami secara berbeda, kadang-kadang sebagai istilah umum untuk gabungan identifikasi diri seksual marjinal secara budaya dan akan tetapi dalam waktu tertentu juga untuk menggambarkan model teoritis yang baru lahir yang telah berkembang studi lesbian dan gay yang lebih tradisional[1]. 

Jagose juga menyebutkan mengenai adanya studi di universitas pada 1990-an dimana memiliki kaitan dengan peningkatan penyebaran istilah 'queer'. Penjelasan selanjutnya mengenai diskusi "queer" dalam ranah akademis, termasuk mengenai isu lesbian beserta gay. Itu menjadi kontruksi sosial tersendiri dalam pandangan Jagose, termasuk transformasi keberadaannya terkait dengan identitas mereka dalam komunitas. Perkembangan juga berlanjut mengenai definisi "queer" dalam berbagai pandangan, termasuk dari mereka yang mengalami perubahan dalam dirinya. 

Ini menjadi refleksi menarik dalam pandangan kelompok, dimana keberadaan "queer" dilihat berdasarkan pengalaman yang mengalami. Ungkapan mengenai "queer" juga memunculkan sebuah teori, teori tersebut menyanggah jenis kelamin yang stabil, jenis kelamin dan seksualitas berkembang dari pengerjaan ulang khusus lesbian dan gay dari gambaran identitas pasca-strukturalis sebagai konstelasi. 

The Lesbian and Gay Studies Reader juga menuliskan mengenai pengertian dari teori "queer", dimana itu menjadi upaya meneliti wacana konstitutif homoseksualitas yang dikembangkan untuk menempatkan queer di konteks historisnya dan mensurvei argumen kontemporer keduanya untuk dan melawan pandangan yang sudah ada. Sehingga menjadi refleksi dialogis antara pengalaman beserta pandangan masyarakat yang membersamainya.

 Apa sebenarnya homoseksualitas itu? 

 Dalam tulisan Jagose, homoseksualitas umumnya dan dipahami secara luas untuk menggambarkan ketertarikan seksual bagi mereka yang memiliki jenis kelamin yang sama. Apa sebenarnya homoseksualitas itu ? Terdapat upaya penulis untuk menjelaskan dengan memberikan sebuah cerita. Jagose memulai dengan cerita mengenai pria yang tinggal bersama istri dan anak-anaknya. 

Akan tetapi, pria tersebut berhubungan seksual dengan pria lain. Seorang narasumber dalam tulisan Jagose mengatakan identitas seksualnya, 'Itu tidak penting bagi saya. Saya melakukannya dengan pria kadang-kadang. Lebih penting bahwa saya sudah menikah dan mencintai  hidupku. Bukan urusan siapa pun apa yang saya lakukan pada sore saya yang aneh mati (Bartos et al., 1993:27). 

Dalam tulisan Jagose, juga terdapat percakapan wawancara dengan pandangan berbeda. Dalam hal ini, yang diwawancarai menolak seorang gay identitas. "Saya juga tidak benar-benar gay. Seks gay adalah sesuatu yang saya lakukan 2-3 kali seminggu. Jumlahnya sangat sedikit dari waktu saya. Jika Anda harus tambahkan waktu yang saya habiskan untuk mencari dan berhubungan seks dengan pria itu. Apakah wanita yang mengidentifikasi dirinya sebagai lesbian tetapi saat ini dalam hubungan seksual dengan seorang pria homoseksual ?(lihat Califia, 1983; Clausen, 1990).

 Selanjutnya, pembahasan berlanjut pada konteks homoseksualitas. Dalam penemuan homoseksualitas dalam tulisan Jagose disebutkan bahwa posisi konstruksionis begitu banyak diambil dalam lesbian baru-baru ini dan studi gay sering bersumber pada karya Prancis sejarawan Michel Foucault, meskipun pada awal 1968 Mary Mcintosh mengusulkan bahwa 'homoseksual harus dilihat sebagai memainkan peran sosial daripada memiliki kondisi'- (1992:29). 

Ada pandangan yang diperoleh dari wawancara dengan narasumber lalu dikaitkan dengan pandangan secara medis. Tulisan mengenai homoseksualitas hendak menyuarakan kesan penting dalam perjuangan mereka, termasuk dalam rangka pendefinisian diri beserta kedirian mereka. Keresahan pribadi itu kemudian menjadi keresahan komunitas yang membuat munculnya diskusi lebih lanjut mengenai homoseksualitas. 

Homoseksualitas dan heteroseksualitas menjadi ulasan dalam tulisan Jagose, ada analisis mengenai konteks yang ada. Dalam tulisannya, berbagai latar belakang dianalisis untuk mendapatkan gambaran mengenai homoseksualitas secara menyeluruh. Ulasan yang menarik dalam tulisan Jagose itu berkaitan dengan bagaimana konteks sejarah dan pandangan sosial turut memberikan peran dalam kontruksi mengenai homoseksualitas.

 Gerakan Homofil 

 Gerakan homifil merupakan gerakan homoseksualitas. Dalam tulisan Jagose, disebutkan sulit untuk menentukan dengan akurat asal usul sejarah mengenai pembebasan pandangan masyarakat seperti pembebasan gay dan feminis lesbian. Catatan berikut tentang organisasi homofil awal mensurvei konteks yang lebih besar yang membawa kebangkitan setiap. Jagose juga menyebutkan, adanya retorika pembebasan gay umumnya mewakili perbedaan antara gerakan homofil dan pembebasan sebagai terobosan bersih.  

Menarik untuk diperhatikan, bahwa meskipun tidak menjadi gerakan massa seperti pembebasan gay dan feminisme lesbian, organisasi homofil mendirikan pendidikan program dan bekerja menuju reformasi politik yang dirancang untuk meningkatkan toleransi homoseksualitas dan, dalam beberapa kasus, untuk mendekriminalisasinya. 

Dalam perjuangannya, ereka mengajukan petisi pemerintah, dan mencari pernyataan dari kandidat politik di periode menjelang pemilihan; mereka menerbitkan dan mendistribusikan buletin dan pamflet politik; dan mereka melakukan 'penyelidikan statistik skala besar tentang perilaku homoseksual'. Sehingga ada penelitian lebih lanjut dalam berbagai pandangan mengenai homoseksualitas.

 Pembebasan Gay 

 Gerakan pembebasan gay diawali dengan kisah yang secara sembunyi-sembunyi berhubungan seksual sesama laki-laki. Itu menjadi keresahan yang direspon dengan banyak pertanyaan, terlebih ketika berkaitan dengan pandangan masyarakat. Keberadaan gay dalam tulisan Jagose, menarik memperhatikan apa yang menjadi karakteristik dari pembebasan gay. Mereka bertindak dalam ranah yang terbatas, dalam artian tidak secara terang-terangan. Akan tetapi secara masif menunjukkan bahwa mereka ada dan ingin diakui keberadaannya. 

Sejarah dalam gerakan homoseksual juga menunjukkan bahwa penindasan saja tidak akan otomatis mempolitisasi identitas seksual. Terdapat ungkapan yang menarik dalam pembahasan Jagose ini, dia mengutip dari seorang bernama Dennis Altman. 

Dalam bukunya Penindasan dan Pembebasan Homoseksual (1972), Dennis Altman membahas hubungan antara gay Amerika pembebasan dan tantangan kontra-budaya lainnya untuk dominan budaya. Dia berpendapat bahwa 'kritik masyarakat Amerika bahwa gay pembebasan telah mengadopsi tanda satu dekade kebangkitan harapan dan meningkatnya frustrasi' (Altman, 1972: 174).

Feminisme Lesbian 

 Dalam bagian ini, terdapat pandangan feminisme berkaitan dengan adanya lesbian beserta perkembangan konteks yang membersamainya. Jagose menyebutkan dalam tulisannya. meskipun sejumlah kecil wanita selalu terlibat dalam pembebasan gay, dan jumlah lesbian yang sama kecilnya di gerakan perempuan, lesbian semakin merasa bahwa mereka terpinggirkan di keduanya. Ada bentuk respon untuk ketidakpuasan semacam itu yang dilakukan oleh kaum perempuan yang lesbian. 

Ketika gerakan gay dan perempuan berkembang di akhir 1960-an dan awal 1970-an, beberapa lesbian yang tidak pernah mengetahui, keberadaan pandangan sebagai feminis terus membantu dalam memiliki perjuangan akan keberadan mereka. Permasalahan yang direspon tentunya berkaitan dengan pengakuan serta pembebasan dalam berbagai gerakan mereka. Lesbian terus berorganisasi pada awalnya secara diam-diam, dan kemudian secara langsung tantangan mereka terhadap homofobia dan seksisme yang dilembagakan dari wanita dan gay gerakan pembebasan.

Tanggapan

 Dalam tanggapan kami, kelompok tertarik dengan pembahasan mengenai homoseksualitas dalam pengertiannya yang melibatkan pendapat dari narasumber. Hal ini memberikan bentuk apresiasi tersendiri bahwa mereka yang homoseksualitas dapat bersuara serta menyuarakan apa saja yang menjadi pendapatnya. Bentuk pandangan masyarakat terhadap mereka juga mengalami perkembangan. Dalam artian, kepekaan untuk memiliki keterbukaan terhadap mereka yang unik menjadi perlu. 

Ketika berbicara mengenai pandangan homoseksual, apa yang disampaikan menyebutkan berbagai latar belakang konteks yang membersamai. Sehingga keberadaan homoseksualitas itu tidak berada dalam konteks yang hampa. Akan tetapi, ada pandangan masyarakat serta berbagai hal yang turut mempengaruhi bagaimana keberadaaan homoseksualitas dapat diterima dalam masyarakat. Terkait dengan lesbian, tentu dalam tulisan menjadi menarik ketika dikaitkan dengan perjuangan gerakan feminsme sebagai kritik terhadap adanya budaya patriarki. Akan tetapi, ketika dilihat lebih lanjut tentunya tidak semua yang lesbian itu mengetahui apa itu feminisme. 

Belum tentu, mereka yang lesbian menjadi feminis. Feminsme dalam ranah tertentu tidak berkaitan langsung dengan lesbian. Hanya saja, dalam menyuarakan gerakan feminismen menjadi kritik terhadap dominasi budaya patriarki. Sehingga belum tentu yang lesbian itu feminis. Ketika berbicara mengenai perjuangan homoseksual, menjadi penting untuk memperhatikan bentuk perjuangannya dalam berbagai ranah kehidupan. Kelompok setuju, sehingga keberadaan mereka menjadi setara dalam berbagai hal. Mendapatkan akses untuk hidup, politik, hingga pada mengembangkan diri dengan berbagai kompetensi yang dimiliki.

 

Pustaka

 

Annamarie Jagose. Queer Theory: An Introduction. New York: Melbourne University Press, 1996.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun