Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tempe Koro Bungkus Daun Pisang

12 Oktober 2022   11:33 Diperbarui: 12 Oktober 2022   11:41 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

TEMPE KORO BUNGKUS DAUN PISANG: ROMANTISNYA MAKANAN DUSUN

Yudha Adi Putra

Pemelihara Burung

Tempe koro bungkus daun pisang, bagi sebagian generasi milenial mungkin akan terasa asing dengan nama tempe tersebut. Dari namanya saja, sudah kelihatan kalau asalnya dari desa. 

Bungkusnya memakai daun pisang, tidak seperti tempe yang mudah ditemui dengan bungkus plastik. Menarik untuk melihat lebih jauh mengenai tempe koro. Makanan yang mungkin menjadi kesenangan generasi tahun 70-an. 

Tempe koro sebenarnya sudah mulai sulit ditemui di pasar tradisional. Tidak banyak pengusaha tempe yang mau membuatnya. Selain karena proses pembuatannya cukup lama, minat pasar akan tempe koro juga terbatas. 

Hanya disenangi oleh golongan tertentu. Tidak seperti tempe kedelai yang mungkin saja banyak yang suka, bahkan menjadi makanan sehari-hari dalam berbagai bentuk. 

Namun, ketika pergi ke Godean, masih ada pengusaha tempe koro yang tetap konsisten membuat dengan membungkusnya memakai daun pisang. Pengusaha itu berada di Pedukuhan Sembuh Kidul, Desa Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. 

Pengusaha tempe koro ini bernama Mbah Sutini. Siapa sebenarnya Mbah Sutini ? Beliau merupakan istri dari petani bernama Mbah Trisno yang mengisi hari tuanya dengan membuat tempe koro bersama anak-anaknya.

Tempe koro yang dibuat oleh Mbah Sutini merupakan olahan dengan cara tradisional, tidak mengejar target pemasaran yang tinggi. Setiap hari konsisten membuat tempe koro dengan koro mentah sebanyak 5 kg. 

Kalau ada pesanan lebih, barulah Mbah Sutini akan menambah porsi pembuatan tempe koronya. Awalnya, Mbah Sutini hanya meneruskan usaha ibunya, Mbah Noto. Dahulu, Mbah Noto merupakan pengusaha tempe tradisional dengan produk berbagai jenis tempe. 

Ada tempe koro, tempe kedelai, dan tempe benguk. Usaha tersebut diteruskan oleh Mbah Sutini, tetapi oleh Mbah Sutini hanya difokuskan pada pembuatan tempe koro. Wanita kelahiran 31 Desember 1950 ini mengembangkan usaha tempe koro dengan kelompok peternak dan petani. Sehingga ada manfaat positif yang diperoleh. 

Mereka melihat peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha tempe dan petani. Manfaat seperti apa ? Limbah tempe bisa digunakan untuk pupuk dan dimanfaatkan sebagai campuran kotoran sapi.

Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan koro ? Tanaman seperti apa ? Kenapa menjadi tempe yang menarik dan enak. Tempe bisa sebagai sumber protein nabati, itu juga di dapat dari tempe koro. da berbagai macam tempe di Indonesia, seperti, misalnya tempe gembus dibuat dari ampas tahu, tempe lamtoro dibuat dari biji lamtoro, tempe benguk dibuat dari biji koro benguk, tempe koro dibuat dari koro, dan tempe kedelai dibuat dari tempe kedelai. 

Dari beberapa jenis tempe tersebut yang paling banyak dikonsumsi dan digemari masyarakat adalah tempe kedelai (Mary A, 2000:21). Namun demikian, tempe bisa dibuat dengan bahan dasar lain seperti sejenis kacang-kacangan dan biji-bijian serta ampas. Salah satu biji-bijian yang bisa dibuat tempe adalah biji koro benguk.

Biji koro benguk (Mucuna pruriens L.DC var utilis) mengandung protein cukup tinggi, yaitu 20-30% (Handayani,dkk, 1995:1). Ada kekhasan rasa tempe koro. Oleh sebab itu, tempe koro menjadi jenis tempe dengan peminat tertentu. 

Pada awalnya, mereka yang menikmati tempe koro adalah orang yang tidak mampu membeli tempe kedelai. Harga tempe koro awalnya memang lebih murah dari tempe kedelai. Akan tetapi, saat ini mulai sulit ditemukan pengusaha tempe koro. Sehingga harganya menjadi lebih mahal dibandingkan dengan tempe kedelai. 

Camilan yang sering dikonsumsi dan dikreasikan dengan inovatif ini sebenarnya memerlukan promosi sehingga dapat diminati oleh banyak orang. Rasanya tidak kalah enak dibandingkan dengan tempe kedelai, apalagi olahannya yang khas dapat memunculkan daya tarik tersendiri. 

Namun, keberadaan tempe koro yang berbeda dan menarik sebenarnya terdapat dalam apa yang menjadi bahan utamanya beserta bagaimana proses pembuatannya. Itu menjadi potensi penting untuk membuat orang merasa penasaran terhadap apa itu tempe koro.

Seperti usaha pada umumnya, bisnis tempe koro juga mengalami proses jatuh bangun. Usaha tempe koro Mbah Sutini juga demikian, harga koro mentah yang tidak stabil di pasaran. 

Belum lagi bahan lain yang sulit untuk didapatkan. Ini menjadi kekhasan, dimana Mbah Sutini tetap ingin memakai daun pisang dan mendhong untuk membungkus tempe koro. Koran bekas juga menjadi bahan penting supaya bungkusannya bisa rapi. Selain itu, ada usaha lebih dalam memproses tempe koro supaya enak dan bersih. 

Koro perlu dicuci dan dimasak sampai benar-benar terkelupas kulitanya. Tempe diproduksi melalui proses fermentasi biji kedelai oleh berbagai mikroorganisme khususnya oleh kapang Rhizopus oligosporus. Adanya senyawa aktif dalam tempe dihasilkan melalui proses biotransformasi dan biosintesa oleh mikroba, khususnya pada proses perendaman dan pemeraman (Susanto dkk, 1998:7).

Berbagai persoalan itu menjadi cara untuk membuat tempe koro dengan kekhasannya. Mbah Sutini tetap konsisten, meski keuntungan tidak banyak. Akan tetapi, ada semangat untuk melestarikan tradisi. 

Hal ini karena usaha tempe koro merupakan warisan dari ibunya. Sehingga apa yang dilakukan oleh Mbah Sutini dengan merawat setiap proses pembuatan hingga menjadi primadona tersendiri ketika ada pesanan tempe koro. 

Produk yang dihasilkan oleh Mbah Sutini dapat dijumpai di Pasar Bibis. Sebagaian besar yang membeli adalah pengusaha angkringan dan bisnis warung makan. Memang ada banyak inovasi pemasaran dan promosi. Akan tetapi, Mbah Sutini tetap memprioritaskan pada penjualan di pasar tradisional seperti Pasar Bibis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun