Aku terkesan dengan ibu, kepeduliannya tergambarkan dalam berbagai ungkapan. Entah untuk perasaan yang dirasakannya. Luka seperti apa yang membentuk dan menjadi alasan seperti itu.
      "Era digital menurut ibu bagaimana ?" aku bertanya setelah ibu selesai mengajar.
      "Bagaimana apanya ?"
      "Belajarnya, kadang sulit sekali bisa menikmati apa itu belajar ketika hanya berhadapan dengan layar,"
"Kamu kalau mau menyindir bilang saja, kalau aku seumuran sama kamu dulu. Setiap kesempatan ya digunakan dengan baik. Memang, sekarang belajarnya secara visual. Tentu ada tuntutan dan perkembangan yang berbeda. Kita harus punya kompetensi sesuai dengan era digital. Kepekaan menjadi perlu meski kita berhadapan dengan teknologi," jelas ibu dengan membereskan mejanya.
      "Era digital berarti harus punya kompetensi digital juga. Cakap literasi digital juga ya Bu"
      "Tepat,"
Itulah kata-kata yang berkesan dari ibuku saat aku berusaha menikmati perubahan belajar di era digital. Ketika aku boleh bertemu dengan temanku langsung, sekarang melalui virtual. Akibat terlalu nyaman dengan itu. Aku mengesampingkan perkembangan. Samar-samar masih ragu, pertanyaan dalam diri bahwa dalam era digital ini mau jadi apa nanti diriku ?
Untuk Jossephine Daniella Iki
Purbalingga, 19 Juli 2022
00:30