Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Taman yang Bisa Bicara

2 Juli 2019   20:04 Diperbarui: 2 Juli 2019   20:05 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selsa adalah seorang cewek semok asli Banten sana. Usianya sudah cukup untuk membina rumah tangga. Namun sayang, jodoh tak datang menghampiri jua. Hal inilah yang membuat dia gundah gulana.

Orang tuanya sudah beberapa kali menanyakan "kapan kamu menikah?" Atau menyindir dengan ucapan "Emak ingin menimang cucu loh". Karena hanya itu yang mereka bisa tanyakan kepada Selsa. Setelah apa yang mereka lakukan.

Beberapa kali orang tuanya mencoba menjodohkan Selsa. Namun bukan Selsa yang tidak merasa sreg dengan pilihan orang tuanya. Dia mah hayo aja, yang penting wujudnya cowok. Tapi justru si cowok itulah yang menolak. "Ngeri", "Berbahaya", "Gahaar". Itulah ucapan cowok-cowok yang coba dijodohkan orang tuanya.

Keadaan ini membuat Selsa sedikit sentimentil dan halu. "Bagi yang mau aja ni nomor WA ku, gak butuh orang sombong", "Tante, aku akan membuat anakmu bahagia" dan status-status lainnya yang nenunjukkan bahwa dia jomblo akut yang diposting di halaman Facebook.

Selain curhat di sana, diapun curhat kepada teman-temannya di dunia nyata. Namun mereka pun tidak bisa memberikan solusi. Apalagi teman cowok, mereka takut Selsa malah akan jatuh cinta pada dirinya karena merasa nyaman. Udah mah bersedia mendengar keluh kesah dengan baik. Eh Selsa malah cinta, kan rugi dua kali.

Bukannya tak beralasan, banyak teman cowok Selsa tidak mau menerima curhatnya. Karena yang sudah-sudah, jika menerima curhat Selsa, cowok itu akan diakui sebagai pacar oleh Selsa. Siapa yang mau coba?

Biro jodoh? Mungkin pembaca bertanya-tanya apakah Selsa mendaftar di sana? Jangan ditanya. Situs jodoh dalam dan luar negeri sudah ia jelajahi. Berharap ada bule yang khilaf. Ternyata sama saja. Tak ada yang mau. Kasihan banget dia.

Namun kelebihan Selsa adalah semangatnya yang pantang menyerah. Cap jempol dah. Dia terus berusaha mendapatkan cintanya. Dan seperti kata pepatah. Hasil tidak menghianati usaha. Akhirnya dia dapet inspirasi dari ucapan temannya di Facebook.

"Kamu kan orang Banten".

"Orang Banten bisa ngejitak tanpa menyentuh".

Padahal temennya ini bermaksud bercanda. Eh Selsa menangkapnya lain. Disangka Selsa, temannya itu menyarankan dirinya untuk ngelmu. Maka Ia pun belajar ilmu pelet dari mbah Bayu Segara.

Namun ternyata usaha inipun gagal. Dia sudah mencoba memelet beberapa cowok. Diantara cowok yang ia pelet ada nama Vino G. Bastian, Reza Rahadian, Nicholas Saputra, Verrel Bramastya dan Rizki Febian. Membuat Selsa mendekati rasa titik putus asa.

Hingga suatu hari ia ketemu dengan seorang pria. Sebut saja namanya mas AA. Seperti kemarin-kemarin, ia berusaha untuk mendapatkan cintanya dari pria ini. Ia sangat gencar memberikan perhatian. Mulai dari ngasih ucapan selamat ulang tahun, ngasih makanan dan bentuk-bentuk perhatian lainnya yang dirasa akan meluluhkan hati si Mas AA ini.

Entah karena rasa kasihan, khilaf atau kepelet akhirnya mas AA mau menjadi pacarnya Selsa. Tak terbayang rasa bahagia Selsa. Wajahnya kini mulai cerah, tiap hari dandan. Dan yang mengejutkan ia numpeng dan nyawer ke tetangga sebagai bentuk rasa syukurnya. Mulia sekali Selsa ini.

Walaupun mereka sudah jadian, tak sekalipun si mas AA mengucapkan "Aku cinta kamu". Entah apa alasannya. Hal ini membuat Selsa penasaran.

"Mas, kenapa sih kamu tidak pernah mengucapkan kata itu seperti orang lain?" Tanya Selsa suatu saat.

"Buat apa. Gak penting. Itu hanya ucapan di mulut. Yang penting adalah sikap mas sama kamu aja. Masa belum cukup".

"Iya sih, tapi sebagai wanita aku kan butuh pengakuan. Ayo dong katakan, sekali..... aja," pinta Selsa.

"Gak ah," tolak mas AA.

Beberapa kali Selsa meminta mas AA untuk mengucapkan kata tersebut. Namun tidak pernah digubris oleh pujaan hatinya. Bahkan hingga mereka menikah dan mempunyai anak dari buah cinta mereka. Kata itu tidak pernah terucap, walau keceplosan sekalipun.

Bukan hanya kata itu yang tak pernah terucap dari mulut mas AA. Bahkan sikap romantispun tak pernah ditunjukkan. Untuk Selsa yang berjiwa romantis tentu saja hal ini bikin dia gregetan.

Pernah Selsa terpleset kulit pisang, bukannya ditolongin malah diketawain. Yang bikin kesel Selsa, si mas AA malah bilang "Pasti kulit pisangnya sakit." Tentu saja bikin Selsa sewot.

Namun walau begitu, mas AA memberikan obat merah sambil berkata "Ada yang luka?" Dan menanyakan "Perlu diurut nggak, nanti aku panggil tukang urut kalau keseleo?" Hingga sedikit meredakan perasaan kesal neng Selsa.

"Obatin dunk," rajuk Selsa sambil manja.

"Masa ngolesin obat merah aja gak bisa. Manja bener," jawab mas AA sambil ngeloyor pergi. Selsa hanya bisa ngedongkol dan ngedumel sendiri.

Tapi yang lucu, mas AA suka cemburu jika Selsa digodain di media sosial oleh teman-temannya yang gila. Padahal maksud mereka hanya bercanda. Namun mungkin karena mas AA tidak mengikuti cerita awal dibalik candaan Selsa dan teman-temannya hingga menimbulkan salah faham.

"Teman aku memang gila. Jangan dianggap serius," kata Selsa memberikan pengertian. Mas AA pun dapat menerimanya.

Walau mas AA tidak romantis, namun ia senang dengan tanaman. Ia membuat taman di depan rumah. Merangkai tanaman dan bunga-bunga yang cantik. Hingga taman yang mungil itu sangat indah untuk dinikmati sambil duduk-duduk di kursi teras.

Hal ini sedikit mengherankan Selsa. Bukankah yang senang taman adalah orang yang jiwanya romantis. Padahal suamiku ini kagak ada romantis-romantisnya.

"Mas, kenapa kamu buat taman ini?" Suatu saat Selsa bertanya ketika mereka duduk-duduk sambil menunggu senja datang.

"Jika suatu saat takdir menentukan mas dipanggil duluan. Maka kamu bisa mengingat dan merasakan kehadiran mas dengan melihat taman ini."

"Terus itu tanaman merambat, kenapa bentuknya mas buat seperti huruf kurawal?"

"Sama. Itu juga agar kamu mengingat Mas. Kalau Mas biarkan seperti begitu saja tanpa dirangkai kan tidak menarik perhatian. Betul tidak?"

"Betul," Selsa mengiakan.

Itulah cerita yang terjadi diantara mereka. Hingga waktu berlalu. Dan dunia berputar. Ada yang datang ada yang pergi. Cinta timbul dan tenggelam. Hari menggerogoti semua,  termasuk umur. Takdir menentukan mas AA dipanggil duluan oleh yang Maha Kuasa. Menyisakan kesedihan di hati Selsa.

Namun waktu juga yang mengobati semua. Begitu pula dengan kesedihan Selsa. Kini dia bisa mengikhlaskan kepergian mas AA dari sisinya dan melanjutkan kehidupan seperti biasa.

Jika sesekali Selsa teringat dengan mas AA, dia akan duduk-duduk di taman sambil membayangkan kenangan indah mereka di masa lalu. Dan malam ini dia sedang duduk bersama-sama dengan anaknya di teras menghadap taman. Tampak mereka masing-masing asyik dengan kegiatannya. Selsa melamun, anaknya sedang membaca buku.

"Mah, ajarin aku tulisan ini dong," pinta anaknya sambil menyodorkan buku yang ia pegang membuyarkan lamunan Selsa.

"Mana yang mau mamah ajarin?" Jawab Selsa sambil melihat buku yang disodorkan.

"Ini nih yang huruf kurawal mah," jawab anaknya sambil menunjuk dengan jarinya.

"Bentar, mamah baca dulu."

Selsa membacanya dengan teliti. Sebenarnya dulu ia pernah belajar tulisan ini namun sudah lupa. Maklum tidak pernah dipakai lagi dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang wajar.

"Jadi gini, tulisan ini dibaca ha na sa wa la da ta ca ra ka. Nah kalau ada tanda ini sa jadi se, kalau ada tanda ini jadi su," Selsa mulai menjelaskan huruf-huruf itu kepada anaknya. "Gimana kamu sudah mengerti?" Tanya Selsa ketika selesai mengajari anaknya

"Mengerti Mah."

"Kalau begituh, kamu sudah bisa belajar sendiri?"

"Bisa Mah."

Tak lama jam tidur datang. Anaknya Selsa sudah masuk ke kamarnya meninggalkan buku pelajaran di sisi Selsa. Sedang Selsa masih ingin duduk-duduk sebentar lagi. Entah kenapa Selsa merasa kangen sekali dengan suaminya. Dan tak berniat beranjak dari tempatnya.

Setiap tanaman satu persatu ia nikmati, seakan belum pernah melihat sebelumnya. Hingga pandangannya tertuju pada tanaman yang merambat di dinding yang seperti huruf kurawal. Seperti baru menyadari sesuatu, Selsa sontak buru-buru membuka buku pelajaran anaknya. Kemudian ia membandingkan huruf kurawal di buku dengan yang di dinding. Kemudian ia mulai membaca.

"Ma-s Ci-n-ta ka-mu Se-l-sa," ucapnya sambil terbata-bata.

Untuk sesaat Selsa terbengong-bengong. Merasa bermimpi. Tak terasa air mata Selsa mengalir dengan deras tanpa dapat dibendung. Tanpa sadar ia mulai terisak-isak. Lama ia menutup mukanya.

"Ternyata begitu toh, Mas," lirihnya pelan.

Kini berbagai bayangan kenangan mulai muncul dalam benaknya. Dia mulai bergumam.

"Walau kamu tertawa ketika aku terpeleset, namun kamu menunjukkan kata cinta dengan obat merah dan tukang urut. Saat itu aku tak menyadarinya Mas."

"Kamu tidak pernah berkata sayang, tapi kamu sering cemburu. Aku pun tak menyadarinya Mas."

"Kamu tidak romantis namun apa yang banyak telah kamu lakukan menunjukkan bahwa kamu lebih dari itu. Tapi waktu itu pun aku tidak menyadarinya juga."

"Baru kini aku menyadari semua itu Mas. Itu tanda cinta yang kamu tunjukkan. Walau caranya tidak kupahami." Air mata Selsa bertambah deras, terdengar dia sesenggukan.

Baca juga:

Wahai pujangga cinta.

Mungkin puisimu mengguncang dunia.

Bisa jadi rayuanmu meluluhkan hati banyak wanita.

Tidak heran karyamu menggelorakan rasa.

Namun puisimu tak dapat mengalahkan perhatiannya.

Rayuanmu tak seindah kecemburuannya.

Karyamu tak semanis canda tawanya.

Gubahanmu tak sebanding cintanya.

Tangan Selsa terbuka menghadap langit, ia berkomat-kamit berdo'a.

"Aku juga cinta kamu Mas," lirihnya menutup do'a-do'a yang ia panjatkan.

"Cinta tak selalu harus diucapkan, tapi cukup dimengerti." Bayu Segara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun