"Kok, remaja masjid semuanya menghilang"
       Sebelum jauh kata pak ketua kita coba rangkul lagi, jawabku
       "sebenarnya bukan jauh pak, tapi masih perlu penyesuaian"
       Iya mereka (remaja masjid) butuh penyesuaian, dari keadaan. Maklum dari awal Sholat Taraweh di tempat kami hanya sebelas rakaat, kemudian berubah menjadi dua puluh tiga rakaat. Memang sebelumnya remaja masjid diminta untuk menjadi Bilal pada saat Taraweh, dan Tadarus Al'quran.
      Â
       Ketika pada saat kami Tadarus Al'Quran, lalu kusampaikan.
Adakah yang siap untuk menjadi Bilal kembali ?
       Dan jawabannya "kami belum siap kak " !
Allah huakbar. Benar dugaanku mereka keberatan saat  jumlah rakaatnya berubah menjadi dua puluh tiga, lantas jawabku
"Walaupun sebenarnya berat hati, tapi karena kita diminta menjadi bilal, mohon pengertiannya ya" nanti akan kakak buatkan jadwalnya ya!.
       Walaupun dengan keadaan seperti terpaksa, rekan-rekan remaja masjid alhamdulillah masih menerima, entah tidak enak, atau segan, ataupun alasan yang lainnya. Tetapi, paling tidak kami sudah mencari kesepakatan bersama. Toh. Ilmu ini akan digunakan terus menerus dimasyarakat. Dan jika berbicara tentang orang tua, maka aku melihat ada kebahagiaan tersendiri ketika anak-anak ayah dan bunda berani tampil menjadi Bilal Taraweh. Kebahagiaan itu bisa kulihat dari senyuman para ayah dan bunda ketika buah hatinya berani tampil ditengah jamaah.