Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Poletika: Gibran Rakabuming untuk 2029

14 Mei 2023   14:28 Diperbarui: 15 Mei 2023   08:01 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi, di saat-saat kritis ini, tidak tertutup kemungkinan Gibran akan mengalihkan dukungan kepada Prabowo Subianto! Kok bisa? Ya bisa saja, namanya juga politik, tidak ada yang tidak mungkin, bukan?

Bukan rahasia, Gibran saat ini merupakan "Presiden Relawan Jokowi" dengan kekuatan "pasukan" yang tidak bisa dianggap enteng. Pendulum politik perpilpresan mau tidak mau akan berubah arah jika dalam waktu dekat, misalnya, Gibran mengumumkan dukungannya kepada Prabowo.

Pengkhianat partai? Boleh jadi demikian sebutannya, sehingga keberadaannya pun akan dipersoalkan PDIP, bahkan bukan tidak mungkin berujung pada pencopotannya sebagai kader PDIP. 

Ah, tetapi mungkin analisis ini terlalu mengada-ada, tidak mungkinkah itu terjadi, "bunuh diri" namanya. Ya, boleh-boleh saja, tetapi itu tadi, dalam politik segala kemungkinan bisa terjadi.

Publik awam bertanya-tanya, kepada siap sesungguhnya Jokowi alias ayahanda Gibran melabuhkan dukungan; kepada Ganjar atau kepada Prabowo. Jawaban yang sederhana dan masuk akal (logis) tentu saja Jokowi akan mendukung Ganjar, tidak bisa diragukan lagi. 

Selain dua periode menjabat Presiden RI berkat PDIP, Jokowi adalah "petugas partai" yang harus patuh kepada keputusan Megawati selaku ketua umum partai.

Akan tetapi kalau "dibaca" secara "hermenutika politik" baik dari "gesture" (fisikal) maupun pernyataan-pernyataannya (verbal), sesungguhnya Jokowi lebih berat ke Prabowo Subianto! Oleh orang-orang PDIP dan loyalis partai, pernyataan ini bisa dianggap memecah-belah, tetapi bicara hati kecil yang sulit terselami, pilihan Jokowi adalah Prabowo.

Apalagi tatkala Jokowi melemparkan pertanyaan yang sama kepada Prabowo dan Ganjar di tempat terpisah, "Bagaimana cara Anda membentuk Kabinet jika terpilih sebagai Presiden RI nanti?" misalnya. 

Sebagai petugas partai, jawaban Ganjar tentu saja, "Terserah apa kata Ibu (Megawati)". Tetapi jawaban Prabowo mungkin, "Akan saya susun bersama Bapak (Jokowi)".

Apakah Gibran akan menjadi "kepanjangan tangan" Jokowi dalam hal dukungan mengingat Jokowi selaku Presiden RI wajib netral ketika KPU sudah menetapkan capres-cawapres definitif? Bisa jadi, iya. Artinya, cermin dukungan Jokowi itu ada pada kepada siapa Gibran mengarahkan dukungannya melalui sebuah deklarasi resmi.

Jika ini terjadi, jelas ini pertaruhan luar biasa bagi karier Gibran selanjutnya di ranah politik, sementara Jokowi tetap menjalankan "netralitasnya" sebagai Presiden RI terhadap siapapun capres-cawapres yang bertarung di Pilpres 2024 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun