Akan tetapi, di saat-saat kritis ini, tidak tertutup kemungkinan Gibran akan mengalihkan dukungan kepada Prabowo Subianto! Kok bisa? Ya bisa saja, namanya juga politik, tidak ada yang tidak mungkin, bukan?
Bukan rahasia, Gibran saat ini merupakan "Presiden Relawan Jokowi" dengan kekuatan "pasukan" yang tidak bisa dianggap enteng. Pendulum politik perpilpresan mau tidak mau akan berubah arah jika dalam waktu dekat, misalnya, Gibran mengumumkan dukungannya kepada Prabowo.
Pengkhianat partai? Boleh jadi demikian sebutannya, sehingga keberadaannya pun akan dipersoalkan PDIP, bahkan bukan tidak mungkin berujung pada pencopotannya sebagai kader PDIP.Â
Ah, tetapi mungkin analisis ini terlalu mengada-ada, tidak mungkinkah itu terjadi, "bunuh diri" namanya. Ya, boleh-boleh saja, tetapi itu tadi, dalam politik segala kemungkinan bisa terjadi.
Publik awam bertanya-tanya, kepada siap sesungguhnya Jokowi alias ayahanda Gibran melabuhkan dukungan; kepada Ganjar atau kepada Prabowo. Jawaban yang sederhana dan masuk akal (logis) tentu saja Jokowi akan mendukung Ganjar, tidak bisa diragukan lagi.Â
Selain dua periode menjabat Presiden RI berkat PDIP, Jokowi adalah "petugas partai" yang harus patuh kepada keputusan Megawati selaku ketua umum partai.
Akan tetapi kalau "dibaca" secara "hermenutika politik" baik dari "gesture" (fisikal) maupun pernyataan-pernyataannya (verbal), sesungguhnya Jokowi lebih berat ke Prabowo Subianto! Oleh orang-orang PDIP dan loyalis partai, pernyataan ini bisa dianggap memecah-belah, tetapi bicara hati kecil yang sulit terselami, pilihan Jokowi adalah Prabowo.
Apalagi tatkala Jokowi melemparkan pertanyaan yang sama kepada Prabowo dan Ganjar di tempat terpisah, "Bagaimana cara Anda membentuk Kabinet jika terpilih sebagai Presiden RI nanti?" misalnya.Â
Sebagai petugas partai, jawaban Ganjar tentu saja, "Terserah apa kata Ibu (Megawati)". Tetapi jawaban Prabowo mungkin, "Akan saya susun bersama Bapak (Jokowi)".
Apakah Gibran akan menjadi "kepanjangan tangan" Jokowi dalam hal dukungan mengingat Jokowi selaku Presiden RI wajib netral ketika KPU sudah menetapkan capres-cawapres definitif? Bisa jadi, iya. Artinya, cermin dukungan Jokowi itu ada pada kepada siapa Gibran mengarahkan dukungannya melalui sebuah deklarasi resmi.
Jika ini terjadi, jelas ini pertaruhan luar biasa bagi karier Gibran selanjutnya di ranah politik, sementara Jokowi tetap menjalankan "netralitasnya" sebagai Presiden RI terhadap siapapun capres-cawapres yang bertarung di Pilpres 2024 ini.