Tidak tertutup kemungkinan, Gibran menjadi Presiden ke-9 RI, mengikuti jejak ayahandanya, karena pada saat itu persyaratan cukup umur sudah terpenuhi. Tinggal meniti karier sebagai gubernur saja, Jateng maupun DKI Jakarta, biar jejaknya sama.
Prediksi yang terlalu dini? Mungkin iya. Akan tetapi, di ruang publik dengan media sosial merajai opini dan isu-isu terkini, mengkristalnya sebuah nama untuk capres maupun cawapres sudah terjadi sejak dini, tatkala sebuah nama terus-menerus secara konstan dan berkesinambungkan di-"mention" media sosial.Â
Nama itu, siapapun dia, akan melekat di alam bawah sadar publik. Demikian pula kakak Kaesang Pangarep dan Kahiyang Ayu ini. Nama Gibran sudah sangat populer dan popularitas modal awal elektabilitas.
Meski survei LSN ini terkesan sia-sia dan sekadar "test the water" -karena tidak mungkin lembaga survei itu tidak paham batasan usia capres/cawapres- ternyatalah nama Gibran telah melekat di benak publik sejak saat ini. Buktinya nama Gibran bersaing langsung dengan Mahfud MD dan Cak Imin sebagai cawapres untuk Prabowo Subianto.
Tentu saja yang tertampar oleh survei itu adalah muka Cak Imin yang menduduki peringkat paling buncit, padahal sejatinya dialah yang paling "berhak" menjadi pendamping Prabowo sebagai cawapres. Bersama Gerindra, PKB yang dipimpinnya membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Bayangkan ketika menuju enam tahun lagi menjelang Pilpres 2029 di mana Gibran sudah berhak ikut "nyapres", mungkin namanya akan merajai elektabilitas berbagai lembaga survei sebagaimana Ganjar Pranowo sebelum disalip Prabowo Subianto.Â
LSN mencatat, elektabilitas Prabowo 31,8 persen, Ganjar 18,6 persen, disusul Anies Baswedan 18,2 persen. Bukan tidak mungkin, Gibran akan menjadi capres potensial di masa mendatang dari PDIP.
Akan tetapi, apakah Gibran akan tetap diusung oleh PDIP, hal ini tergantung dinamika politik yang terjadi. Sebagai misal, "nasib" Gibran di PDIP akan ditentukan oleh keputusannya di saat-saat kritis jelang Pilpres 2024 ini, yakni soal dukung-mendukung capres yang berkelindan saat ini.
Di antara tiga nama capres yang beredar, Gibran tentu akan men-"skip" nama Anies Baswedan yang diidentikkan sebagai antitesis dari ayahnya, Jokowi. Tinggallah Gibran memilih di antara dua nama bakal capres; mendukung Prabowo Subianto atau mendukung Ganjar Pranowo.
Jika mengikuti naluri "galibnya", tentu saja Gibran akan mendukung Ganjar. Dalam segala hal, Ganjar lebih pantas mendapat dukungan (endorse) dari Gibran. Sama-sama dari provinsi yang sama, juga dari partai yang sama.Â
Gibran adalah wali kota yang secara hierarkis merupakan "bawahan" Ganjar sebagai gubernur Jawa Tengah. Masak iya bawahan (Gibran) tidak mendukung atasannya? Di PDIP pun, Ganjar dan Gibran sama-sama cemerlangnya sebagai kader partai.