- Ribet amat nulis biografi itu ya, Kang?
+ Yang ga pake ribet itu ya ga nulis apa-apa, Dek.
- Maksudku, nulis biografi tidak sesederhana itu, kita malah harus jadi periset atau peneliti sebelum menulis.
+ Itulah kelebihan menulis biografi, kamu wajib melakukan riset. Inget 'kan tadi soal primary sources dan secondary sources yang sudah saya jelaskan?
- Iya sih, tapi aku masih penasaran, bagaimana setelah informasi itu diperoleh, baik dari primary sources maupun secondary sources, itu pasti setumpuk informasi. Apa yang harus kulakukan dengan tumpukan informasi itu, Kang, apa semuanya harus dijejalkan dalam tulisan?
+ Hemmm.... kadang-kadang kamu pinter juga, Dek...
- Apakah semua informasi itu harus termuat dalam tulisan biografi?
+ Ya tentu tidak semua, ibarat tukang tanaman, kamu harus jadi tukang menyiangi tanaman, mana daun yang sudah layu atau ranting yang sudah kering, kamu buang saja.
- Oalah.... jadi aku harus membuang informasi yang sudah capek-capek kudapat dari hasil riset?
+ Anggaplah mantan yang pernah menyakitimu, karenanya harus dibuang dari ingatanmu!
- Oke deh, Kang, sekarang ajari aku bagaimana mengayak informasi yang berguna dan menyiangi informasi yang busuk dan mengering dan karenanya harus dibuang untuk menulis biografi.