Tentu jurnalis atau wartawan ogah menulis warga biasa saja, yang bukan pesohor, tidak pula sedang membuat cerita karena prestasi yang diraihnya, misalnya. Benar, tadi 'kan saya bilang bagaimana menulis biografi basic atau dasar.
Caranya bagaimana? Ya, tulislah orang-orang yang ada di sekelilingmu terlebih dahulu!
Siapa mereka itu? Siapa saja... Dari keluarga dekatmu di rumah sajalah; ada ayahmu, ibumu, kakakmu, adikmu, paman-bibimu, bahkan pembantumu, tukang kebunmu, dan seterusnya.
Ketika pilihan jatuh pada sosok ayahmu, misalnya, maka bisa dipastikan, kamu hanya mengetahui ayahmu sebatas suami dari ibumu yang kemudian melahirkanmu, bukan? Atau paling jauh, ayahmu itu adalah anak pertama dari pasangan kakek-nenekmu di kampung sana. Selebihnya, ayahmu ya ayahmu yang sering kamu lihat sehari-hari.
Tetapi cobalah ungkapkan niatmu ingin berlatih menulis biografi dengan sosok ayahmu sendiri, tentu dia bersedia menceritakan siapa jati diri yang sesungguhnya, perjalanan hidupnya sampai saat ini, kisah masa lalunya yang ternyata penuh drama.
Bahkan katanya, kamu belum tentu ada kalau ayahmu itu dipaksa kedua orangtuanya (alias kakek-nenekmu) agar menikah dengan gadis tetangga anak orang kaya yang masih terbilang saudara.
Nah, ini dia...!
- Jadi, ayah saat itu menolak untuk dijodohkan?
+ Ya, karena ayah lebih memilih perempuan sederhana yang kelak jadi ibumu.
- Lalu, bagaimana ayah bisa menikahi ibu?
+ Kawin lari. Pokoknya nekatlah...