Kenal nama RA Siti Hartinah? Ada sebagian yang tahu, tetapi yakinlah kebanyakan di antara kalian tidak tahu. Tahunya hanya RA Kartini saja, bukan?
Tetapi kalau saya sebut Ibu Tien Soeharto, kalian pasti teriak, "O... kalau itu sih saya tahu!"
Ya, Raden Ayu Siti Hartinah itu adalah Tien Soeharto, isteri satu-satunya "daripada" Soeharto, Presiden ke-2 Republik ini.
Gonjang-ganjing dan "bola panas" poligami yang dilempar Grace Natalie, boss PSI, sempat menjadi perbincangan hangat, bahkan cenderung panas, di media sosial.
Hujan kritik sampai perundungan tertuju pada Grace, tetapi di sisi lain ia juga dipayungi pujian atas keberaniannya melempar "bola panas" ini hingga mengundang mereka yang pro maupun kontra berdebat dari sisi masing-masing.
Sehat-sehat saja sih, namanya juga berdebat yang hanya sebatas perang pendapat. Mau tidak mau "algoritma pikiran" saya bekerja menautkan kata "poligami dengan Ibu Tien.
Mengapa Ibu Tien identik dengan "poligami". Ya, pada zaman Orde Baru saat suaminya berkuasa penuh dan penuh kuasa, tak ada seorang pun, bahkan media, yang bilang bahwa Ibu Tien sedang menentang poligami sebagaimana Grace Natalie.
Selain Ibu Tien tidak terang-terangan, demonstratif dan konfrontatif menentang poligami seperti Grace Natalie, ia cukup bercerita kepada lingkar dalam suaminya, khususnya yang berada di Golkar. Hasilnya adalah Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang melarang PNS dan ABRI berpoligami.
Bayangkan, larangan (yang menurut agama tidak dilarang) dimasukkan ke dalam Undang-undang tanpa gejolak apapun!
Itulah kehebatan Orde Baru! Di sisi lain, Ibu Tien memanfaatkan kehebatan "daripada" Orde Baru ciptaan suaminya itu dengan "memaksakan" keinginannya, yaitu melindungi kaum perempuan dari kesemena-menaan para lelaki yang mau kawin lagi.
Sesungguhnya, Ibu Tien tengah memagari dirinya sendiri agar Soeharto, suaminya, tidak "macem-macem", tidak minta izin beristeri lagi alias berpoligami. Tak ada buku atau risalah yang menyebutkan bahwa Ibu Tien mengkhawatirkan suaminya mengikuti langkah Presiden terdahulu yang beristeri lebih dari satu.