Budaya menaruh sepeda pun terbentuk dengan sendirinya. Yang agak sopan, menaruh sepeda di tempat parkir, di bawah pohon yang terbuka, tetapi jangan taruh sepeda di rumput yang ada larangan untuk diinjak. Pokoknya asal terbuka dan terlihat pengguna lainnya saja. Jangan lupa mengunci kembali sepeda itu, yang berarti waktu sewa Anda telah selesai.
Selanjutnya tagihan bisa dilihat di deposit WeChat atau Alipay dengan ongkos sewa 1 Yuan atau sekitar dua ribu perak saja untuk sewa satu jam. Murah, bukan? Bandingkan dengan sewa sepada di Kota Tua Jakarta, pasti jauh lebih mahal karena jelas tidak "apple to apple" hehehe.... Tapi poinnya adalah, kalau Anda memiliki fisik sekuat pembalap sepeda profesional, maka uang sewa Rp2.000 itu sangat murah karena jarak tempuh yang bisa Anda capai lebih panjang!
Dengan dua ribu rupiah dan jika sepeda online yang Anda gunakan bisa menempuh 10 kilometer dalam sejam, maka Anda bisa berhemat 14 yuan atau Rp28.000 untuk jarak yang sama menggunakan taksi zaman kuda gigit besi.
Internet of Things
Prinsip dari Internet of Things alias IoT itu pada akhirnya bagaimana manusia dengan mesin bisa berkomunikasi, demikian sebaliknya, atau lebih maju lagi bagaimana mesin dengan mesin yang saling berkomunikasi menggunakan jasa baik Internet. Ini yang disebut "segalanya serba Internet" yang muaranya pada kemudahan orang memanfaatkan teknologi informasi untuk "menggerakkan" benda-benda.
Sepeda digital dan televisi tadi cuma contoh kecil saja yang dikembangkan Hiawei sebagai perusahaan ICT. Masih banyak lagi yang dikembangkan dengan memanfaatkan Internet berkecepatan tinggi untuk mengatur drainase, saluran air dan kilang minyak, eskalator atau lift pintar, alat-alat kesehatan dan alat bedah tubuh, sampai pada hal kecil seperti mendeteksi isi kulkas!
Tentu saja yang ingin saya ceritakan adalah perbandingan generasi ke generasi sepeda digital yang menggunakan aplikasi Huawei. Semuanya ada tiga generasi dengan fungsi, kemudhan dan kemanfaatan yang terus ditingkatkan dengan produsen sepeda digital Mobike.
Generasi Pertama Mobike dilengkapi sinyal atau sambungan GPRS yang otomatis berfungsi saat dikayuh alias bertenaga manusia. Kapasitas bateri yang tersedia 3.000mAh dengan rata-rata konsumsi bateri 58mAH sekali dikendarai. Jika sepeda digital itu digenjot seharian, maka akan menghabiskan energi 467mAh, sedangkan saat baterai bertenaga penuh dapat digunakan nonstop selama 6 hari.
Generasi Kedua Mobike tentu lebih advance lagi dari generasi sebelumnya. Contoh baterai saja di mana kapasitasnya dua kali lipat menjadi 6.000 mAh yang berarti dengan daya tahan dua kali lipat alias 12-13 perhari. GPRS pun sudah bertenagakan matahari yang diserap panel surya yang ditempatkan pada alas keranjang sepeda. Energi yang digunakan perharinya sama, yakni 467mAh.
Generasi Ketiga Mobike. Ini yang paling maju. Tidak lagi menggunakan GPRS sebagai sambungan komunikasi, tetapi sudah menggunakan teknologi yang disebut NB-IoT dengan tenaga baterai. Kapitas baterai ditingkatkan menjadi 20.000 mAh yang berarti kapasitasnya tujuh kali lipat dari generasi pertama.