Mohon tunggu...
Fajar Kustiawan
Fajar Kustiawan Mohon Tunggu... -

Seorang Pemerhati Sosial, Penggali Rahasia Kehidupan, Penikmat Seni, Pengempul Aksara dan Penghibur Duka yang selalu berusaha ceria agar menjadi insan yang berarti bagi makhluk lainnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Maimun dan Seragam SMA

11 Mei 2016   07:26 Diperbarui: 11 Mei 2016   07:32 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Faizal terus berusaha membangkitkan semangat Maimun untuk pantang menyerah berusaha sekuat mungkin agar mau melanjutkan pendidikan ke SMA. Walau berat dan penuh rintangan sekalipun. Bagaimana tidak, di desa Maimun sekolah hanya ada sampai tingkat SMP, untuk melanjutkan ke SMA harus menempuh jarak yang sangatlah jauh, lebih dekat ke kota.

Maimun sudah berbicara langsung mengutarakan niatnya melanjutkan sekolah, namun orang tuanya tetap menolak mati-matian untuk tidak melanjutkan dan menikah saja. Maimun hanya bisa menangis. Angin malam jadi saksi suasana itu, juga turut serta menghapus linangan air mata Maimun.

Bahkan Pak Faizal sudah mendatangi orang tuanya Maimun, bicara dari hati ke hati agar memperkenankan anaknya melanjutkan impian besarnya. Namun tak merubah sedikitpun keputusan mereka.

Sudah keberapa kalinya Pak Faizal membujuk orang tua Maimun. Dia bawakan roti cokelat dari kota buat keluarga itu, berharap kiranya terbuka hati dan pikiran mereka lantas mengizinkan Maimun melanjutkan SMA. Tetap yang keluar dari lisan orang tuanya "Tak ada gunanya" atau "Percuma saja, sama saja, ngerepotin saja...bla...bla..."

***

Akhirnya hari pengumuman kenaikkan kelas telah tiba. Maimun lulus dengan nilai terbaik di sekolah itu. Tapi tetap bukanlah kebanggaan bagi orang tuanya, prestasi terbaik itu tetap menikah bagi mereka.

Maimun menghilang. Orang tua dan warga sudah berusaha mencari kemana-mana tapi tetap tak ditemukan. Seperti debu disapu angin, Maimun tiba-tiba saja lenyap seketika. Tak ada jejak dan tak ada pesan sama sekali yang ditinggalkan.

Prabumulih, 11 Mei 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun