Watak keras yang terus kau pelihara ternyata mempengaruhi ku juga, saat masa kecil mungkin aku masih bisa mencintai dirimu tetapi semakin dewasa tanpa sadar hal itu menyakitiku.Â
Masa-masa kecil yang kulalui banyak membuat ku belajar, meskipun engkau masih menganggap perbuatan mu wajar, tapi untuk aku yang butuh kasih sayang, hal itu bisa membuatku tak tenang.Â
Segala tingkah laku yang kau keluarkan, entah itu ucapan atau hanya sebuah candaan, ternyata itu adalah sifat yang akan kau turunkan.
Mulai dari bagaimana kau menyikapi keadaan, menyikapi masalah yang terus berdatangan, aku tidak pernah melewatkan.
Mungkin kau menganggap aku hanyalah makhluk kecil yang tak bisa meresapi sebuah kata, nyatanya aku mengetahui segalanya.Â
Aku yang dulu mungkin bisa bertahan dengan sikapmu yang bisa saja kualihkan dengan hanya bermain pensil kayu,Â
Namun kurasa sekarang adalah puncak nya,Â
Puncak dari semua rekaman memori yang terus berputar satu persatu, membuatku menyadari bahwa engkau tak seharusnya begitu.Â
Memutar waktu pun sudah tidak mungkin, karna sampai detik ini pun engkau tampak tak menyesali.Â
Puisi manis yang dulu ku letakkan di bawah bantal saat ulang tahun mu, kini beralih sebuah kata-kata yang penuh musuh.Â
Aku tidak menyangka bahwa dulu aku pernah begitu mencintaimu, namun kenapa semakin dewasa aku malah semakin membenci mu.Â