"Ada apa Mas Rahman?" tanya Darman. Keduanya menoleh pada Darman.Â
"Ini pak. Jembatan depan rumah rusak. Jadi enggak bisa dilewati dengan  sepeda motor," jawab Rahman.Â
"Oh, ya sudah. Saya bantu memperbaiki ya Mas."
"Tidak usah Pak. Nanti merepotkan Bapak," tolak Rahman halus.Â
"Ah, tidak lah Mas. Kan Mas Rahman sendiri yang bilang kalau kita harus  saling membantu," ujar Darman sembari tersenyum.Â
Darman membantu Rahman dan Johan membangun kembali jembatan kecil  di depan rumah. Setelah mempersiapkan alat dan bahan bangunan, Darman mulai  mengerjakan. Tak lama, beberapa tetangga laki-laki datang menghampiri. Mereka  ikut membantu memperbaiki jembatan. Gotong royong yang sudah menjadi ciri  khas masyarakat Indonesia.Â
"Akhirnya aku sadar, Man," ucap Johan.Â
"Sadar apa, Johan?" tanya Rahman.Â
"Aku sadar kalau kita harus selalu membantu orang lain. Gotong royong  menolong orang lain itu sangat penting. Karena, kemarin kita yang membantu.  Namun, hari ini kita yang butuh pertolongan."Â
"Akhirnya kamu sadar juga ya, hehe. Inilah pemandangan paling indah  kulihat dari bangsa Indonesia. Yaitu melihat gotong royong yang sudah menjadi  budaya bangsa kita. Dengan ikhlas menolong tanpa melihat suku, ras, dan agama.  Inilah bukti nyata Pancasila yang mengalir dalam aliran darah kita. Pancasila yang  selalu mempersatukan, bukan memecah belah. Aku bangga punya Pancasila," ucap  Rahman tersenyum.Â
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pernah berucap, jika inti  dari Pancasila adalah gotong royong. Gotong royong menjadi budaya bangsa  Indonesia yang sudah mengakar sejak zaman dulu. Dengan gotong royong, kita  mampu mengatasi setiap permasalahan. Dalam kehidupan berbangsa dan  bernegara, Pancasila sudah menjadi dasar dari setiap perbuatan. Sangat relevan  dengan situasi yang kita hadapi saat ini. Di masa pandemi virus covid-19 ini, bangsa  Indonesia saling bahu membahu mengatasi ragam kesulitan dengan rasa peduli  yang masih mendominasi.