Mikroorganisme Bioremediasi
Hidrokarbon  minyak  adalah  polutan  utama  pada  lingkungan  laut  sebagai  akibat  dari  limbah  kilang  minyak,  produksi  minyak  lepas  pantai, aktivitas pelayaran, dan tumpahan minyak akibat  kecelakaan  tanker.  Mikroflora  laut  dan  bakteri  dilaporkan  mampu  melakukan  degradasi  atau  pemanfaatan  senyawa  yang  ada  di  dalam  minyak (Head et al. cit. Tantowi dan Yopi, 2013).Â
Aplikasi bioremedian dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri indigenous  dan  bakteri  komersial.  Bakteri indigenous  dapat diperoleh dengan melakukan isolasi bakteri dari tempat yang tercemar, sedangkan bakteri komersial (ataupun enzim) sudah mudah diperoleh di pasaran  berkat  perkembangan  iptek  bioremediasi (Priadie, 2012). Beberapa mikroorganisme telah diketahui memiliki kemampuan mendegradasi bahan-bahan ini. Salah satu bakteri yang populer dalam mengubah senyawa berbahaya menjadi tidak berbahaya adalah Pseudomonas sp.Â
Dengan kemajuan teknologi rekayasa genetika memungkinkan dihasilkan beberapa bakteri yang spesifik menangani limbah kimia tertentu sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan.Â
Beberapa bakteri sudah dikenal dapat meremediasi berbagai jenis limbah, seperti bakteri Sulfurospirillum Barnesii. Selanjutnya beberapa mikroorganisme, seperti Sphingomonas, Pseudomonas, Stenotrophomonas, Ochrobactrum, Alcaligenes, Pandorea, Labrys, dan Fusarium, dikenal dapat mendegradasi limbah semacam Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (Yetti, 2010).
Bakteri  tersebut  mampu  mendegradasi  senyawa  hidrokarbon  dengan memanfaatkan  senyawa  hidrokarbon  sebagai  sumber  karbon  dan  energi  bagi pertumbuhannya   serta   menguraikan   komponen   minyak   bumi   karena kemampuannya  mengoksidasi  hidrokarbon  dan  menjadikan  hidrokarbon  sebagai donor  elektron.  Bakteri-bakteri  ini  banyak  tersebar  di  alam,  terutama  dalam perairan atau sedimen tercemar minyak (Lasari cit. Rahmaniar, 2016).
Penggunaan Drone untuk Bioremediasi Laut Tercemar
Drone adalah pesawat tanpa awak yang dikendalikan  dengan  sebuah remote  control, dilengkapi dengan GPS sebagai navigasi, dan lock position. Remot drone dapat di gantikan dengan smartphone menggunakan  aplikasi yang dapat di unduh di playstore menggunakan koneksi wifi  direct,  maupun  koneksi  sinyal wireless. Saat ini drone sudah banyak beredar dipasaran. Kebanyakan drone yang beredar di pasaran  adalah drone dengan  tipe tricopter, quad  copter,  heksa  copter,  okta  copter dan sebagainya.  Pada  umumnya drone digunakan untuk  berbagai  hal,  seperti  pemantauan  lalu lintas,  pemetaan  lahan,  investigasi  dan sebagainya (Pradana et al., 2016).
Kini drone mulai digunakan untuk membantu sektor agriculture sebagai pesawat pengawas kondisi tanaman. Agaar drone dapat di gunakan lebih maksimal di sektor pertanian perlu adanya modifikasi pada kamera  drone agar memiliki kemampuan lebih, salah satu bentuk modifikasinya adalah menambahkan infrared untuk dapat menangkap secara rinci dari bentuk daun, buah, biji dan batang pada tanaman hal ini bertujuan untuk mendeteksi serangan hama lebih awal .Â
Tidak hanya untuk mendeteksi serangan hama, tetapi juga dapat mengidentifikasi kebutuhan unsur hara pada  sebuah ladang pertanian. Ini akan sangat membantu para petani agar hasil panen maksimal dan terhindar dari gagal panen akibat kerusakan tanaman (Anonim, 2016). Terakhir, drone digunakan sebagai alat untuk membantu pemyemprotan pestisida pada lahan pertanian.