Desain Drone  Multi  Rotor  Tenaga  Matahari  (  DMRTM  ) beranjak  dari  3  prinsip penting, yaitu : kelimpahan sinar matahari  di wilayah  nusantara untuk bisa terbang di angkasa, mampu terbang dengan tinggi yang diharapkan, dan tahan lama dalam pemakaian dan pemanfaatan. Intinya  drone  bertenaga  matahari  mampu  untuk terbang tanpa henti berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun,   dengan  memanfaatkan   sumberdaya  alami karunia  Tuhan  Yang Maha Esa  yang  diberikan  ke  wilayah Nusantara ini (Bahar, Tanpa Tahun). Singkatnya, drone ini terbang di siang hari mengandalkan tenaga surya yang juga mengisi kembali baterai lithium-belerang sebagai tenaga di malam hari.
Terkait  dengan  jenis  drone,  maka  drone multi rotor dipilih sebagai awal pengembangan  drone  bertenaga  matahari, dengan berbagai alasan yaitu desain dan produksi lebih mudah, biaya pengembangan lebih murah, dan bahan relatif lebih mudah didapat (Bahar, Tanpa Tahun).
Memanfaatkan BTS
Sebelum mengupas seputar peran BTS dalam kendali drone, perlu menjadi catatan, opsi penggunaan BTS dan menaranya sebagai elemen kendali drone dilatarbelakangi 'lemahnya' peran satelit yang dimiliki oleh suatu negara. Sebagai ilustrasi, Indonesia yang tak punya satelit buatan sendiri, bisa saja mengandalkan satelit buatan luar negeri, atau sewa satelit misalnya. Tapi jadi masalah krusial ada di kerawanan komunikasi data antara GCS (Ground Control Station) dan drone yang mengangkasa. Basis satelit yang mencomot teknologi luar negeri secara teori sangat mungkin dilakukan penyadapan, yang pada akhirnya merugikan kepentingan strategis nasional (Anonim, 2015).
Drone memerlukan satelit disebabkan akses komunikasi dari GCS ke drone berlangsung secara NLoS (None Line of Sight). Ini bisa dikarenakan jarak yang terlalu jauh, beyond the horizon, atau adanya obstacle berupa pegunungan dan gedung-gedung tinggi. Berkat pola NLoS-lah drone dapat dioperasikan sangat jauh dari titik operator di GCS. Mengingat sampai saat ini kita belum mampu mengimplementasi satelit khusus untuk kebutuhan militer, penggunaan peran BTS sebagai alternatif 'pengganti' satelit sangat mungkin dilakukan. Agar kepak drone cukup luas dalam memonitor wilayah, pilihan combine open BTS dan BTS operator seluler bisa menjadi pilihan untuk menekan biaya deployment (Anonim, 2015).
Alur pengendalian drone pun memiliki beberapa alternatif sehingga bisa dimanfaatkan secara maksimal dan efektif. Berikut beberapa alternatif pengendalian drone untuk pengawasan laut  :
1. Drone -BTS-GCS Mobile Truck dan Drone-BTS-GCS BuildingÂ