Mohon tunggu...
Anta Nasution
Anta Nasution Mohon Tunggu... Ilmuwan - Laut Biru

Ocean never betray us! Ocean doesn't need us, indeed we need ocean.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sundal Bersuara Mendesah

30 Januari 2016   19:33 Diperbarui: 31 Januari 2016   01:24 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Iya dek, ga bisa, soalnya udah penuh di dalamnya.”

”Kalau mau open table juga tetep ga bisa pak?”

”Iya tetep ga bisa, coba tadi datangnya jam 20.00, pasti bisa masuk,” Ah, ternyata kita telat. Terpaksa jalan duit kalau udah begini.

”Ga bisa diusahain ya pak, saya cuman berlima kok pak, ini ada 300 ribu pak,” ucapku sambil bercanda.

”wah kalau itu bisa diusahakan de, sebentar saya ngomong dulu dengan teman saya,” sekuriti itu menghampiri temannya. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

Tiba-tiba ada cewe cantik, berkulit putih mulus, rambut panjang, berbadan sintal seperti gitar Spanyol, lipstick menggoda, menggunakan legging hitam panjang, baju tipis pendek dengan perut terbuka, bersepatu sneaker berdiri tidak jauh di sampingku. Aku tidak terlalu memperhatikannya karena dari tadi aku sibuk berbicara dengan sekuriti, namun sebagai lelaki normal, wajar sesekali aku melihatnya, sambil menunggu Sekuriti yang masih berbicara dengan temannya.

”Dek iya bisa masuk, tapi lebihin 50 ribu ya?” sekuriti itu kembali dengan tawaran lebih tinggi. Aku pun menyanggupinya. ”Ya sudah pak jadi 350 ribu.”

”Tapi teman-teman adek memakai sepatu dan celana panjang semua kan?” Aku langsung melihat teman-temanku dari jauh, mereka sedang duduk di motor yang terparkir. Kupandangi mereka satu-persatu. Sial! Ternyat Putas memakai sandal.

”Ada satu pak yang pakai sandal, gapapa ya pak, dia pakai celana panjang kok pak,” ujarku meminta.

”Waduh, gimana ya dek, udah peraturannya ga boleh ada yang memakai sandal,” tanpa pikir panjang, langsung kunaikan tawaranku menjadi 500 ribu.

”Pak, gimana kalau saya bayar 500 ribu, tapi teman saya yang memakai sandal diijinkan masuk,” aduh, padahal kalau tidak penuh begini, masuk tinggal masuk ga harus nyogok sekuriti. Sesalku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun