Ah ga asik, tidak seperti nelayan yang lainnya, yang asik diajak ngobrol. Aku tanya apa, dijawabnya saya. Sungguh tidak nyambung. "Bapak sudah berapa lama jadi kapten?" Tanyaku lagi, yang mulai dirundung kebosanan.
"Saya bukan Kapten, saya Bas, Kaptennya yang pakai baju biru di dekat dapur," bapak berwajah dingin ini berbicara sambil menunjuk ke arah belakang kapal, tempat dapur berada.
"Oh iya pak, kalau gitu saya langsung ketemu Kaptennya saja ya pak?" Tanyaku dengan nada sedikit kesal.
"Saya," jawabnya dengan berbicara sambil sedikit menunduk.
Dari tadi saya, saya, saya. Aku bingung, apa maksudnya. Aku berjalan menyusuri lorong kapal menuju dapur, kulihat bapak setengah baya mengenakan kaos biru, celana panjang, sedang asik menelepon sambil mondar-mandir di depan dapur, wajahnya tidak dingin seperti orang yang kutemui sebelumnya. Karena kulihat ia terus ketawa sepanjang percakapannya di telepon.
Aku tidak mau dibercandai seperti tadi, untuk memastikan bahwa bapak berbaju biru itu adalah kapten, aku putuskan untuk bertanya pada orang yang sedang memasak di dapur. "Pak permisi, mau bertanya, kalau bapak yang berbaju biru itu Kapten kapal ini ya pak?" Tanyaku dengan diakhiri senyum di akhir ucapan.
"Saya," jawabnya pendek dengan berbicara sambil menunduk dan tersenyum di akhir ucapannya.
Ah, aku tau, dia akan mengaku kalau dia koki sekaligus kapten kapal, dari pada panjang lebar seperti tadi, aku langsung bertanya untuk memastikan lagi.
"Oh jadi Kaptennya bapak ya? Bukan yang berbaju biru itu?"
"Saya bukan Kapten mas, saya koki, Kaptennya benar mas, yang berbaju biru itu yang sedang menelepon," ia menjawabnya dengan ramah sambil terus asik memasak daging ikan tuna cincang.
"Oh iya pak makasih, jadi bapak berbaju biru itu Kapten kapal ini?" Tanyaku kembali memastikan.