"ngga tau mau ngapain,
palingan ngecek design anak-anak yang baru magang."
"Boleh aku temenin?"
"lho katanya mau makan,
etapi gak apa-apa kok kalo
mau nemenin. Ngg... Pak arif buatin kopi ya, pake krim tapi dikit aja."
"oh iya neng, mas Abi mau
juga?", kata Pak arif OB yang baru saja melintas di selasar. Aku menggelengkan kepala,
isyarat tak mau.
"eh, emang ada apa sih bi, tiba-tiba ngajak aku makan. Gak kayak biasanya. Hemm...
Jangan-jangan mau nembak aku. Ya kan?" Rei meledek aku dengan disertai kerlingan mata indahnya. Akh makin
cantik aja mahluk di
hadapanku.
Dan Pak arif datang lagi
dengan membawa kopi krim pesanan Rei, "makasih pak. Eh bi, gimana 2 anak yang kamu ceritakan di telpon tempo hari itu?"
"Nah itu Rei yang mau aku omongin, kemarin aku sempet mendatangi rumahnya Om Rudi itu yang
memperkerjakan mereka."
"terus...?" sela Rei sembari
membuka file-file Autocad di komputernya.
"Mereka gak kasih, meskipun mau aku tebus berapa pun. Eh besok-besoknya kedua anak
itu udah gak ngamen di
lampu merah grogol. Aku
tanya teman-temannya, katanya mereka dipindahin
sama om Rudi."
"dipindahin? Lokasi ngamennya gitu."
"iya Rei, aku khawatir sama
mereka."
"Abi sayang, yah mungkin
bukan takdirmu untuk
membantu mereka." kata Rei yang tiba-tiba matanya
begitu fokus ke arah mataku dan kata 'sayang' di belakang namaku membuat dada berdebar.