Setelah selesai bicara panjang lebar dengan sensei, Dilla menatapku sejenak. Ada rona sedih, kecewa, marah, berkecamuk jadi satu di wajahnya, air matanya pun sudah ada di pelupuk mata. Aku tahu ia tak ingin orang lain melihatnya menangis. Dan aku pun tahu betapa kecewanya Dilla. Dua hari yang lalu seorang guru berkata padanya bahwa jika ingin masuk FK UI lewat SNMPTN undangan, dia harus rengking 1. Saat itu semangat Dilla membara, ada keyakinan dalam dirinya bahwa semester ini -paling tidak- bisa naik beberapa angka dari semester kemarin. tapi nyatanya?
Setelah tiba giliranku, sensei hanya bertanya : "Kemana Ibu?"
"Ibu masih bagiin raport di sekolahnya Sensei."
"Ya udah ibunya gak usah kesini aja."
Aku segera mengambil raportku, setelah itu betapa kagetnya aku setelah melihat urutan rengking di kelas. Aku hanya dapat rengking 24. Apa ini?
awalnya aku biasa saja tapi lama-lama tak tahan juga.
Di luar aku melihat Dinda -teman SDku dulu- sedang duduk bersama ibunya.
"Mamah Dinda.." sapaku ramah.
"Eh Neng, mana Ibunya?"
"Belum datang. Din rengking berapa?" aku bertanya pada dinda
"Satu lagi pen. Alhamdulillah."