Di kategori artileri berpenggerak sendiri, Singapura cukup berimbang dengan Thailand. Hanya saja catatan sangat positif untuk Singapura karena mampu memproduksi SP Howitzer Primus, maupun kendaraan Mortir serbaguna Bronco. Dengan demikian invantri mekanis Singapura dilengkapi oleh mortir dengan mobilitas tinggi.
Juga keunggulan artileri Singapura dalam bentuk bom kluster dan ranjau anti personnel yang sudah diratifikasi larangannya di Indonesia dan Thailand, namun masih dioperasikan oleh Singapura. Artileri Singapura akan mampu menyebarkan ranjau anti personel atau bom kluster dalam jumlah besar dan wilayah luas sehingga dapat menciptakan area denial dalam waktu singkat.
Sishanud Singapura juga unggul dibandingkan Thailand. Thailand sendiri masih berupaya membangun sihanud terpadu yang disebut RTADS dengan kontraktor Thales dan sistem rudal berbasis Startreak. Bagaimana performa integrasi sishanud oleh Thales masih menjadi tanda tanya. Berbeda dengan sishanud Iron Dome yang sudah terbukti mampu melindungi Israel dari hampir semua ancaman serangan udara, mulai dari rudal balistik, UAV, pesawat, hingga rudal jarak dekat.
Peringkat 3: Thailand
Thailand mengungguli Indonesia pada kategori:
1. Tank medium, dimana TNI tidak mengoperasikan tank medium
2. Tank ringan, dimana jumlah tank ringan Thailand 2x dibanding tank ringan TNI
3. Sishanud Thailand selain mengandalkan Thales seperti TNI, juga memiliki sejumlah sishanud Rusia, seperti SA-17 Buk-M2E jarak menengah, serta sishanud mobil FK-1000 yang mendukung kavaleri. Indonesia hanya memiliki manpad / sishanud jarak dekat.
Indonesia secara kurang signifikan mengungguli Thailand pada kategori artileri, dimana Indonesia memiliki ASTROS II dan sejumlah besar RHan 122mm.
Jumlah IVF Thailand lebih banyak, sehingga sekalipun TNI unggul dalam kualitas IFV serta memiliki ATGM generasi baru Javelin dan NLAW, namun jumlah sangat terbatas, sehingga dapat dikatakan berimbang dengan Thailand.